Kamis, Desember 23, 2010

Islam dimulai dalam keadaan asing dan akan kembali dalam keadaan asing


Masa; akan terus berlalu dan tidak akan menunggu tiap insan yang lalai dan leka.Menyudahi langkah lalu, menuju peradaban baru, karena usia itu pasti semakin menipis..

kata edCoustic, "..Jalan masih panjang terbentang dihadapan / Tak hanya sekedar dunia / Lihatlah kedepan yang lalu biar berlalu / Jadikan pemicu kalbu... Jalan masih panjang / usah berputus asa / selagi nyawa tersimpan.."

Nyatanya seseorang harus merasa rela (ikhlas), pada sebuah peristiwa hidup yang membuat langkahnya terasa berbeban. Sebagai manusia (hamba) pasti ingat QS. 2 : 286, "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.." Ingat? Allah tlah siapkan bahu terkuat untuk hambanya, ketika beban itu datang, bahu ini akan mampu menahannya meski terasa sedih, pedih, perih, bahkan kepayahan. Lalu seorang hamba pun berdoa kepada Rabbnya, "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir."

Semakin kuat badai kehidupan, akar akan semakin menguatkan diri. Mengokohkan diri, demi menopang diri. Tahu mengapa hanya diri (sendiri)? Kalau di pikir, apakah orang lain bisa menanggung apa yang tlah diperbuat oleh diri? Mampukah mereka mempertanggungjawabkan apa yang tlah kita lakukan? Sudah tentu kita memiliki raport masing-masing, dan pertanggungjawaban itu semua hanya diri yang bayar.

Bagai Sayyidina Ali bin Abi Thalib, "Apabila kamu merasa letih kerana berbuat kebaikan maka sesungguhnya keletihan itu akan hilang dan kebaikan yang dilakukan akan terus kekal. Dan sekiranya kamu berseronok dengan dosa maka sesungguhnya keseronokan itu akan hilang dan dosa yang dilakukan akan terus kekal."

Bilakah kehidupan tak punya hati, akan seperti apa? Kita tahu, segala yang terjadi, tentang suka, bahagia, tertawa, semisal lirik "Karena Hati Ingin Bicara (OST Dalam Mihrab Cinta)";

Mengharungi samudera mahligai nan suci / penuh gelombang silih berganti / semua adalah ujian penguat cinta / bila hati bicara. / terkadang tak perlu terucap kata-kata / untuk selami dalamnya hatimu / susah senangmu jadi bagian hidupku / karena hati bicara. / tatap manja matamu kisahkan berjuta cerita / hadirmu di hidupku memberikan berjuta makna / karunia Illahi mempersatukan dua hati / ku rasa yang kau rasa karena hati bicara./

Sahabat, ini tentang takdir. Kita tak kan pernah tahu tentang sebuah takdir. Kebahagiaan tentang hati itu kita akan merasai. Namun tahukah tentang takdir hati itu? Jika kita mencintai bunga akan layu, Jika kita mencintai manusia akan berpisah, Jika kita mencintai Allah kekal abadi. Ya! Mencintai manusia. Sebuah kekalahan yang tak akan terhindar adalah berpisah, dan kehilangan. Apa yang dapat dilakukan? Segalanya, hanya akan kembali pada-Nya. Hidup dan mati. Baik hati, raga, atau pun jiwa.

Pergi demi sebuah perintah dan perjuangan untuk Surga-Nya. Rela ketika harus melupakan jika itu memang perintah Sang Jendral Kehidupan. Akan ada kata, "Jalan kita berbeda!" Sungguh berbeda! Lihatlah lebih jelas, bahwa yang Benar itu Benar, dan yang Salah itu akan tetap salah. Musuh akan tetap diperlakukan seperti layaknya musuh, begitukah? Jalan. Ya! Ini tentang jalan. Jalan kita berbeda. Sang Jendral berkata, "Masalah ini tak usah diteruskan. Tolong untuk di cut aja, teman yang sepertinya baik itu kan banyak, tinggal gimana kita aja." Awalnya sesuatu yang membuat malu, adalah memohon. Hamba memohon pada Sang Jendral untuk mengenali (ulang), dan ingin menemui Sahabat. Namun, itulah kata Sang Jendral. Dan yang harus dilakukan tentang "tinggal gimana kita aja." Berpikir bahwa, usai sudahlah semua cerita tentang "Karena Hati Ingin Bicara." Mencoba melupakan segala, meski proses itu mungkin panjang. Namun Rabb pasti pilihkan jalan bagi hambanya untuk membuat hamba sibuk kepada Rabbnya. Dan mulai terasa Rabb alihkan hati hamba. Inilah yang harus di jalani.

Apa yang terasa, jika hamba memiliki rasa kasih sayang yang begitu pekat kepada Sahabatnya, dan begitupun Sahabat kepada hamba. Lalu dengan tiba-tiba dan serta merta, hamba harus terpisah dengan Sahabatnya. Bukan karena kemauan Hamba, bukan pula karena kemauan Sahabat. Tapi ini adalah perintah mutlak. Terasa? Mungkin sulit... Lebih sulit dari meringkihkan kaki mendaki, lebih sulit dari kaki menyerap jalan berduri, lebih sulit dari memegang bara api. Dan segala kata derita nestapa menunjukkan itu. Begitulah realitas hidup. Akan ada masanya, sulit, lalu mudah dan mudah... Yakin bahwa Allah-lah pemberi jalan terbaik kehidupan ini...

Mengerti atau tidak tentang jalan hidup ini, semua itu Allah yang berikan pemahaman itu kepada diri. Ilmu Allah begitu sangat luas. IA tak pernah beri masalah yang sama, mengapa? itulah Maha Luas-Nya. Satu masalah terlewat, akan ada masalah lain yang datang. Atau, tak pernah selesaikan sebuah masalah? Masalah itu akan datang kembali menuntut penyelesaian, meski dengan situasi dan kondisi yang berbeda. Untuk apa masalah itu ada? Apa? Menguji keiamanan dan ketaqwaan hamba kepada Rabbnya. Setiakah hamba kepada perintahNya? Istiqomahkah hamba kepada SyariatNya? Itu? Dan mungkin yang lain yang terlintas dipikiran...

Ya Rasul, betapa jauh jarak umatmu kini denganmu. Dan betapa banyak perpecahan yang ada tentang apa yang tlah Engkau perjuangkan demi RisalahNya. Seperti lirik Baitulitmain, "Di Mana Kan Ku Cari Ganti Rasulullah" ?

Ya Ya Rasulullah / Ya Rasul / Ya habib / Ya syafi’.

Di mana kan ku cari ganti / Serupa denganmu / Tak sanggup ku berpisah dan berhati patah hidup gelisah.

Ya Rasul. / Alangkah pedih rasa hati / Selama kau pergi / Tinggal kami sendiri / Tiada berteman di dalam sepi.

Ya Rasulullah / Ya habibullah / Ya syafi’ / Ya Rasulullah.

Dunia terang menjadi gelita / Cahaya indah mengundang gerhana / Keluhan hatiku menambah derita / Rindukan dikau jauh di mata.

Ya habib. / Di mana kan ku cari ganti / Serupa denganmu / Tak sanggup ku berpisah dan berhati patah hidup gelisah.

Ya habib. / Di mana kan ku cari ganti / Mungkinkah di syurga / Untuk kita berjumpa di saat gembira selama-lama.

Akankah kedamaian hidup ini hadir, ketika semua lini kehidupan menjadi sunah Rasul-Mu. Adakah bagian usia ini andil dan merasakan indahnya madinah-Mu.

حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ إِبْرَاهِيمَ وَيَعْقُوبُ بْنُ حُمَيْدِ بْنِ كَاسِبٍ وَسُوَيْدُ بْنُ سَعِيدٍ قَالُوا حَدَّثَنَا مَرْوَانُ بْنُ مُعَاوِيَةَ الْفَزَارِيُّ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ كَيْسَانَ عَنْ أَبِي حَازِمٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَدَأَ الْإِسْلَامُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ

Telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Ibrahim dan Ya’qub bin Humaid bin Kasib serta Suwaid bin Sa’id mereka berkata; telah menceritakan kepada kami Marwan bin Mu’awiyah Al Fazari telah menceritakan kepada kami Yazid bin Kaisan dari Abu Hazim dari Abu Hurairah dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Islam pertama kali muncul dalam keadaan asing dan akan kembali dalam keadaan asing pula, maka beruntunglah bagi orang-orang yang terasing.” (HR. Muslim)

Islam dimulai dalam keadaan asing dan akan kembali dalam keadaan asing. Hal ini terlihat pada masa sekarang ini dimana munculnya berbagai bid’ah yang menutupi sunah-sunah Rasulullah. Dan apabila seseorang ingin mengikuti sunnah Rasul maka akan dianggap sebagai orang asing, apabila kita ingin menerapkan syariat islam maka kita akan bertentangan dengan orang pada umumnya yang mana telah menganut sistem orang kafir, dan kita sebagai muslimin maka janganlah kita takut untuk mengikuti sunah Rasul karena dalam hadist di ats disabdakan oleh Rasulullah orang yang asing tersebut adalah orang yang beruntung. Namun orang yang asing disini bukanlah orang yang membedakan diri, namun adalah Seorang Muslim yang ingin menegakkan sunnah Rasul.[]

Anfa Hanan

Rawamangun, 23 - 12 - 2010.

00:24 wib

Sudahilah

segala tangis dan luka.

Karena tiada yang pantas untuk ditangisi

tentang hati.

Yang ada adalah duka,

pada keburukan sikap yang tlah ada.

Tak mampu lagi

ingatkan benar

tentang langkah sebuah jalan.

Inilah jalan itu

yang benar. (Jika Allah mengijinkan)

Kembalilah padaNya.

Sabtu, Desember 18, 2010

UNGKAPAN SANG NURANI

dalam pergantian usia...

Kuperuntukkan kepada seluruh kawan..

dimanapun berada..

MOMENTUM RASA

untuk segala salah dan khilaf,

untuk segala luka dan duka,

dengan rasa penuh nestapa

dengan sangat kumohon maaf..

untuk harap dan doa,

untuk suka dan cita,

untuk segala bahagia,

dengan rasa suka cita

kupohonkan terima kasih banyak..

bila luka, duka dan nestapa tak jua terbayar dengan maaf..

bila harap, doa, suka, dan bahagia tak jua terbayar dengan terima kasih..

biarlah kumohonkan padaNya

semoga IA yang balas segalanya dengan kebaikan berlipat..

Anfa Hanan.

Serang, 17/12/2010

---------------------------------------------------------------------------------------

Khusus untuk Saudariku (*bisa jamak) yang telah berikan "kekokohan langkah" itu,

semoga Alloh masih bisa pertemukan kita dengan kebaikan yang tepat.

KEKOKOHAN LANGKAH

jika dulu engkau membuatkanku "tongkat" untuk berjalan

sebagai kekokohan langkah,

biarkanlah jika aku memang harus berjalan tanpa "tongkat" itu

meski awalnya sangat begitu sakit untuk melatih langkah...

dan kuhapus dikamus langkah hidup,

tak lagi ada "tongkat" untuk sebuah kekokohan

yang ada, adalah kekokohan untuk beriringan dalam langkah.

aku tak akan berjalan di depanmu,

aku tak ingin jua berjalan di belakangmu,

berjalanlah seiring bersamaku..

dan semoga Alloh masih ijinkan itu..

meski aku tak pernah tahu tentang waktu.

entah masih pantas atau tidak?

atas rindu yang membiru

atas sayang yang menderu

kan slalu kususur takdir nurani

apapun langkah hati

dengan segala kemutlakan petunjukNya.

Anfa Hanan

Serang, 17/12/2010.

--------------------------------------------------------

kupernah meminta maaf tentang rasa.

dan kamu pernah katakan,

"apakah ini sebuah kesalahan?"

dan nyatanya,

aku kembali ingin mengatakan,

"benar!"

Maaf! jika "Rasa" ini adalah sebuah kesalahan.

Namun semoga Alloh tak kategorikan rasa ini sebagai sebuah kesalahan.

karena aku masih akan selalu mendapatkan jawaban yang tepat dariNya.

Mengapa seperti ini jalanNya?

Kita memang tak pernah tahu,

tentang waktu,

tentang masa yang ada di depan,

tentang sebuah kemenangan,

juga tentang usia,

masihkah dipertemukan jika kemenangan itu hadir dalam bagian usia ini.

bagian dari hidupnya persahabatan dan persaudaraan..

Jumat, Desember 03, 2010

Dan akupun tak ingin terluka... -- Al-Mumtahanah (Perempuan yang Diuji)

Sebuah catatan kehidupan.
Dan akupun tak ingin terluka...
Aku tidak akan keluar dari semua yang ada disini--Al Mumtahanah. Sejauh rasa sayang yang tlah Alloh berikan kepadaku kepada yg dulu adalah kerabat yang sangat dekat denganku. Namun demikian, ketika aku mengetahui sesuatu tentang siapa kamu--sebagai kerabat yang sangat dekat denganku dulu--yang sebenarnya, dan perintah Alloh dalam surat ini, menjadi sebuah aturan yang tak akan bisa aku tawar. Dan akupun HARUS mengikuti-NYA.
Bacalah!
Tafsirlah dengan nuranimu..
Semoga Alloh tidak menutup kedua matamu, memberi hidayah dan memberikan Karunia-Nya kepadamu tiada henti.
Al-Mumtahanah (Perempuan yang Diuji)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاءَ تُلْقُونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ وَقَدْ كَفَرُوا بِمَا جَاءَكُمْ مِنَ الْحَقِّ يُخْرِجُونَ الرَّسُولَ وَإِيَّاكُمْ أَنْ تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ رَبِّكُمْ إِنْ كُنْتُمْ خَرَجْتُمْ جِهَادًا فِي سَبِيلِي وَابْتِغَاءَ مَرْضَاتِي تُسِرُّونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ وَأَنَا أَعْلَمُ بِمَا أَخْفَيْتُمْ وَمَا أَعْلَنْتُمْ وَمَنْ يَفْعَلْهُ مِنْكُمْ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاءَ السَّبِيلِ
Yaa ayyuhal ladziina aamanuu laa tattakhidzuu 'aduwwii wa'aduwwakum auliyaa-a tulquuna ilaihim bil mawaddati wa qad kafaruu bi maa jaa-akum minal haqqi yukhrijuunar rasuula wa iyyaakum an tu'minuu billaahi rabbikum in kuntum kharajtum jihaadan fii sabiilii wab tighaa-a mardhaatii tusirruuna ilaihim bil mawaddati wa ana a'lamu bi maa akhfaitum wa maa a'lantum wa may yaf'alhu minkum fa qad dhalla sawaa-as sabiil.
Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu, mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu karena kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu. Jika kamu benar-benar keluar untuk berjihad pada jalan-Ku dan mencari keridhaan-Ku (janganlah kamu berbuat demikian). Kamu memberitahukan secara rahasia (berita Muhammad) kepada mereka, karena rasa kasih sayang. Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Dan barangsiapa di antara kamu yang melakukannya, maka sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan yang lurus.
QS. al-Mumtahanah (60) : 1
إِنْ يَثْقَفُوكُمْ يَكُونُوا لَكُمْ أَعْدَاءً وَيَبْسُطُوا إِلَيْكُمْ أَيْدِيَهُمْ وَأَلْسِنَتَهُمْ بِالسُّوءِ وَوَدُّوا لَوْ تَكْفُرُونَ
In yatsqafuukum yakuunuu lakam a'daa-aw wa yabsuthuu ilaikum aidiyahum wa alsinatahum bis suu-i wa wadduu lau takfuruun
Jika mereka menangkap kamu, niscaya mereka bertindak sebagai musuh bagimu dan melepaskan tangan dan lidah mereka kepadamu dengan menyakiti (mu); dan mereka ingin supaya kamu (kembali) kafir.
QS. al-Mumtahanah (60) : 2
لَنْ تَنْفَعَكُمْ أَرْحَامُكُمْ وَلا أَوْلادُكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَفْصِلُ بَيْنَكُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
Lan tanfa'akum arhaamukum wa laa aulaadukum yaumal qiyaamati yafshilu bainakum wallaahu bi maa ta'maluuna bashiir.
Karib kerabat dan anak-anakmu sekali-kali tiada bermanfaat bagimu pada hari Kiamat. Dia akan memisahkan antara kamu. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
QS. al-Mumtahanah (60) : 3
كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ إِلا قَوْلَ إِبْرَاهِيمَ لأبِيهِ لأسْتَغْفِرَنَّ لَكَ وَمَا أَمْلِكُ لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ رَبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
Qad kaanat lakum uswatun hasanatun fii ibraahiima wal ladziina ma'ahuu idz qaaluu li qaumihim innaa bura-aa-u minkum wa mim maa ta'buduuna min duunillaahi kafarnaa bikum wa badaa bainanaa wa bainakumul 'adaawatu wal baghdhaa-u abadan hattaa tu'minuu billaahi wahdahuu illaa qaula ibraahiima li abiihi la astaghfiranna laka wa maa amliku laka minallaahi min syai-ir rabbanaa 'alaika tawakkalnaa wa ilaika anabnaa wa ilaikal mashiir.
Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka:” Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dan daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran) mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya: “Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu (siksaan) Allah”. (Ibrahim berkata): “Ya Tuhan kami, hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali,
QS. al-Mumtahanah (60) : 4
رَبَّنَا لا تَجْعَلْنَا فِتْنَةً لِلَّذِينَ كَفَرُوا وَاغْفِرْ لَنَا رَبَّنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Rabbanaa laa taj'alnaa fitnatal lil ladziina kafaruu waghfir lanaa rabbanaa innaka antal 'aziizul hakiim.
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami (sasaran) fitnah bagi orang-orang kafir. Dan ampunilah kami. Sesungguhnya Engkau, Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
QS. al-Mumtahanah (60) : 5
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيهِمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَمَنْ يَتَوَلَّ فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ
La qad kaana lakum fiihim uswatun hasanatul li man kaana yarjullaaha wal yaumal aakhira wa may yatawalla fa innallaaha huwal ghanniyyul hamiid.
Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) Hari Kemudian. Dan barangsiapa yang berpaling, maka sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Kaya lagi Maha terpuji.
QS. al-Mumtahanah (60) : 6
عَسَى اللَّهُ أَنْ يَجْعَلَ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَ الَّذِينَ عَادَيْتُمْ مِنْهُمْ مَوَدَّةً وَاللَّهُ قَدِيرٌ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
'Asallaahu ay yaj'ala bainakum wa bainal ladziina 'aadaitum minhum mawaddataw wallaahu qadiiruw wallaahu ghafuurur rahiim.
Mudah-mudahan Allah menimbulkan kasih sayang antaramu dengan orang-orang yang kamu musuhi di antara mereka. Dan Allah adalah Maha Kuasa. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
QS. al-Mumtahanah (60) : 7
لا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
Laa yanhaakumullaahu 'anil ladziina lam yuqaatiluukum fid diini wa lam yukhrijuukum min diyaarikum an tabarruuhum wa tuqsithuu ilaihim innallaaha yuhibbul muqsithiin.
Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.
QS. al-Mumtahanah (60) : 8
إِنَّمَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ قَاتَلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَأَخْرَجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوا عَلَى إِخْرَاجِكُمْ أَنْ تَوَلَّوْهُمْ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
Innamaa yanhaakumullaahu 'anil ladziina qaataluukum fid diini wa akhrajuukum min diyaarikum wa zhaaharuu 'alaa ikhraajikum an tawallauhum wa may yatawallahum fa ulaa-ika humuzh zhaalimuun.
Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
QS. al-Mumtahanah (60) : 9
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِذَا جَاءَكُمُ الْمُؤْمِنَاتُ مُهَاجِرَاتٍ فَامْتَحِنُوهُنَّ اللَّهُ أَعْلَمُ بِإِيمَانِهِنَّ اللَّهُ أَعْلَمُ بِإِيمَانِهِنَّ فَإِنْ عَلِمْتُمُوهُنَّ مُؤْمِنَاتٍ فَلَا تَرْجِعُوهُنَّ إِلَى الْكُفَّارِ لَا هُنَّ حِلٌّ لَهُمْ وَلَا هُمْ يَحِلُّونَ لَهُنَّ وَءَاتُوهُمْ مَا أَنْفَقُوا وَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ أَنْ تَنْكِحُوهُنَّ إِذَا ءَاتَيْتُمُوهُنَّ أُجُورَهُنَّ وَلَا تُمْسِكُوا بِعِصَمِ الْكَوَافِرِ وَاسْأَلُوا مَا أَنْفَقْتُمْ وَلْيَسْأَلُوا مَا أَنْفَقُوا ذَلِكُمْ حُكْمُ اللَّهِ يَحْكُمُ بَيْنَكُمْ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ
Yaa ayyuhal ladziina aamanuu idzaa jaa-akumul mu'minaatu muhaajiraatin fam tahinuuhunna allaahu a'lamu bi iimaanihinna fa in 'alimtumuuhunna mu'minaatin fa laa tarji'uuhunna ilal kuffaari laa hunnaa hillul lahum wa laa hum yahilluuna lahunna wa aatuuhum maa anfaquu wa laa junaaha 'alaikum an tankihuuhunna idzaa aataitumuuhunna ujuurahunna wa laa tumsikuu bi 'ishamil kawaafiri was-aluu maa anfaqtum wal yas-aluu maa anfaquu dzaalikum hukmullaahi yahkumu bainakum wallaahu 'aliimun hakiim.
Wahai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-perempuan yang beriman, maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan mereka; maka jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman maka janganlah kamu kembalikan mereka kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir. Mereka tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka. Dan berikanlah kepada (suami-suami) mereka mahar yang telah mereka bayar. Dan tiada dosa atasmu mengawini mereka apabila kamu bayar kepada mereka maharnya. Dan janganlah kamu tetap berpegang pada tali (perkawinan) dengan perempuan-perempuan kafir; dan hendaklah kamu minta mahar yang telah kamu bayar; dan hendaklah mereka meminta mahar yang telah mereka bayar. Demikianlah hukum Allah yang ditetapkan-Nya diantara kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
QS. al-Mumtahanah (60) : 10
وَإِنْ فَاتَكُمْ شَيْءٌ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ إِلَى الْكُفَّارِ فَعَاقَبْتُمْ فَآتُوا الَّذِينَ ذَهَبَتْ أَزْوَاجُهُمْ مِثْلَ مَا أَنْفَقُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي أَنْتُمْ بِهِ مُؤْمِنُونَ
Wa in faatakum syai-um min azwaajikum ilal kuffaari fa'aaqabtum fa aatul ladziina dzahabat azwaajuhum mitsla maa anfaquu wat taqullaahal ladzii antum bihii mu'minuun.
Dan jika seseorang dari isteri-isterimu lari kepada orang-orang kafir, lalu kamu mengalahkan mereka maka bayarkanlah kepada orang-orang yang lari isterinya itu mahar sebanyak yang telah mereka bayar. Dan bertakwalah kepada Allah Yang kepada-Nya kamu beriman.
QS. al-Mumtahanah (60) : 11
يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ إِذَا جَاءَكَ الْمُؤْمِنَاتُ يُبَايِعْنَكَ عَلَى أَنْ لَا يُشْرِكْنَ بِاللَّهِ شَيْئًا وَلَا يَسْرِقْنَ وَلَا يَزْنِينَ وَلَا يَقْتُلْنَ أَوْلَادَهُنَّ وَلَا يَأْتِينَ بِبُهْتَانٍ يَفْتَرِينَهُ بَيْنَ أَيْدِيهِنَّ وَأَرْجُلِهِنَّ وَلَا يَعْصِينَكَ فِي مَعْرُوفٍ فَبَايِعْهُنَّ وَاسْتَغْفِرْ لَهُنَّ اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Yaa ayyuhan nabiyyu idzaa jaa-akal mu'minaatu yubaayi'naka 'alaa al laa yusyrikna billaahi syai-aw wa laa yasriqna wa laa yazniina wa laa yaqtulna aulaadahunna wa laa ya'tiina bi buhtaaniy yaftariinahuu baina aidiihinna wa arjulihinna wa laa ya'shiinaka fii ma'ruufin fa baayi'hunna was taghfir lahunnallaaha innallaaha ghafuurur rahiim.
Wahai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman untuk mengadakan janji setia, bahwa mereka tidak akan mempersekutukan sesuatupun dengan Allah; tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka terimalah janji setia mereka dan mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
QS. al-Mumtahanah (60) : 12
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تَتَوَلَّوْا قَوْمًا غَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ قَدْ يَئِسُوا مِنَ الْآخِرَةِ كَمَا يَئِسَ الْكُفَّارُ مِنْ أَصْحَابِ الْقُبُورِ
Yaa ayyuhal ladziina aamanuu laa tatawallau qauman ghadhiballaahu 'alaihim qad ya-isuu minal aakhirati ka maa ya-isal kuffaaru min ash-haabil qubuur.
Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan penolongmu kaum yang dimurkai Allah, sesungguhnya mereka telah putus asa terhadap negeri akhirat sebagaimana orang-orang kafir yang telah berada dalam kubur berputus asa.
QS. al-Mumtahanah (60) : 13
---


Kata yang menghitam dan bergaris bawah, tlah menghitam dan bergaris pula di hati ini. Mencoba terus memahami, dan menerima sebuah kenyataan yang mungkin tidak mudah bagi hamba yang dhoif dan khilaf sepertiku.
Layaknya Ibrahim, yang berkata kepada Ayahnya. Aku pun ingin katakan itu kepadamu,
“Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu (siksaan) Allah”.
Tiada yang mudah bagiku untuk menerima kenyataan ini. Apalagi di awal aku merasakan tangis yang tak henti, dan kamu pun mungkin begitu. Namun walau begitu, entah apa yang membuatku tegar menerima sebuah kenyataan tentang siapa kamu yang sebenarnya, ketika pertama kali aku benar-benar dengar tentang menelusur siapa dirimu. Entah memang mata tlah kering dari basahnya.. Entah memang apa.. Aku seperti mati rasa mendadak. Karena aku tak pernah tahu apa yang harus aku rasakan tentang ini. Kecewakah aku? Sedihkah aku? ataukah, aku malah tersenyum? maka entahlah...
Pertanyaan yang sering mempertanyakan kita, tentang apa yang ingin Alloh sampaikan kepada kita, tentang "kenapa kamu?" Tlah ada kabar dan nyata bagiku. Dan jawaban ini pun kuyakin antara kita akan memiliki perbedaan jawabannya. baik aku untukmu, dan kamu untukku. Temukanlah jawabanmu... Aku yakin, kamu akan menerimanya secara baik bersama tanpa kebutaan mata yang mungkin akan tidak kamu sadari.
Aku tak ingin tersesat dari jalan yang lurus, dan aku tak ingin menjadi orang zalim karenamu, juga aku tak akan mempersekutukan sesuatupun dengan Alloh, maka aku akan bertawakal kepada-Nya karena aku ingin beriman hanya kepada-Nya.
Pasti kamu akan pertanyakan banyak hal, mengapa aku bisa menulis seperti ini. dan akupun yakin kan kamu temukan mengapa aku menulis ini. seperti halnya aku selalu mempertanyakan kenapa kalian mempermasalahkan 'itu' kepadaku, dan aku pasti mencari jawabannya dan sungguhpun aku tlah menemui jawaban-Nya.
Meski aku tak pernah mendapatkan penjelasan yang baik tentang apa yang kalian permasalahkan kepadaku. Dan tak aku dapatkan kesempatan untuk meluruskan kesalahpahaman yang terjadi antara kita, walau awalnya hanya aku dan kamu, namun menjadi bersama dia. Ketika masa-masa yang tlah aku lalui dengan tangis tak hentiku, hariku yang begitu mati, dan tak mendapatkan selubang jarumpun kesempatan memperbaiki kesalahpahaman yang ada. Sampai pada akhirnya kamu menjelaskan semua, tapi mungkin bisa tidak semua. Aku slalu pertanyakan ini di benakku... Aku ingin selesaikan semua ini. Dan inilah ending dari semua yang kalian permasalahkan terhadapku.

Dengan sebuah persoalan, dengan sebuah permasalahan, dan dengan sebuah kenyataan, kita akan mampu mengenali siapa aku, siapa kamu, siapa kalian, dan mengintrospeksi semua peristiwa yang ada yang berkait dengan semua yang terkait. Kuyakin, kau kan temukan jua itu semua...

Hadapi hidup lebih realitas lagi...
[Fa]
Kota Kelahiran, 02/12/2010


anfahanan

Rabu, Maret 03, 2010

ISTIKHOROH

Semakin hari, hidup semakin di hadapkan dengan berbagai pilihan. Alangkah bahagia jika tak ada penyesalan bila diri kita mampu memilih yang terbaik, dan mampu membedakan antara yang Haq (benar) dan yang Bathil (salah).
Kadang segala persoalan dalam hidup ini memang sulit jika sudah dihadapkan dengan pilihan, mana yg harus dipilih. Dalam segi mana pun dalam hidup, sering pilihan itu kita pilih karena merasa itu yang baik untuk kita, bagus untuk kita apakah cukup? Yang terbaik itu adalah baik menurut Alloh dan baik juga untuk kita. Meski kadang kita berpikir tidak begitu adanya. Padahal Alloh itu Maha Tahu kebutuhan hambanya.
Alloh itu Maha Tahu mana yang didahulukan antara apa yang kita butuhkan, dengan apa yang kita inginkan.

Setelah seluruh ikhtiar dan musyawarah dilakukan, setelah semua potensi dan kemampuan insaniyah diupayakan, maka setelah itu,,
Hanya kepada Alloh kita bermohon. Karena sepatutnyalah kita sebagai seorang hamba untuk berdoa dan bertawakal kepada Alloh azza wa jalla. Dan Rasul SAW mengajarkan kepada kita Sholat Istikhoroh agar Alloh memilihkan untuk kita pilihan yang terbaik.
Sabda beliau : "Apabila seseorang di antara kamu berkehendak dalam suatu perkara, maka sholatlah dua rakaat, kemudian bacalah doa ini:


((اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْتَخِيْرُكَ بِعِلْمِكَ، وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ، وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيْمِ، فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلاَ أَقْدِرُ، وَتَعْلَمُ وَلاَ أَعْلَمُ، وَأَنْتَ عَلاَّمُ الْغُيُوْبِ. اَللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا اْلأَمْرَ -وَيُسَمَّى حَاجَتَهُ- خَيْرٌ لِيْ فِيْ دِيْنِيْ وَمَعَاشِيْ وَعَاقِبَةِ أَمْرِيْ -أَوْ قَالَ: عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ- فَاقْدُرْهُ لِيْ وَيَسِّرْهُ لِيْ ثُمَّ بَارِكْ لِيْ فِيْهِ، وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا اْلأَمْرَ شَرٌّ لِيْ فِيْ دِيْنِيْ وَمَعَاشِيْ وَعَاقِبَةِ أَمْرِيْ -أَوْ قَالَ: عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ- فَاصْرِفْهُ عَنِّيْ وَاصْرِفْنِيْ عَنْهُ وَاقْدُرْ لِيَ الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ أَرْضِنِيْ بِهِ)).


Allaahumma inni astakhiruka bi'ilmika, wa astaqdiruka biqudratika, wa as-aluka min fadhlikal 'azim, fa innaka taqdiru wa la aqdiru, wa ta'lamu wa anta 'allamul ghuyub. Allohumma in kunta ta'lamu anna hadzal amro ...................., khoirun lii fi diinii wa ma;asyi wa 'aqibati amri wa 'ajilihi faqdurhullii, wayassirhulii, tsumma baariklii fiihi, wa in kunta ta'lamu anna hadzal amro, syarrun lii fi diinii wa ma'asyi wa 'aqibati amri wa 'ajilihi wa 'ajilihi, fashrifhu annii, washrini 'anhu wagdur lyai khoiro hatsu kaana, tsumma radhini bihi.

Ya Alloh, Ya Tuhanku. Sesungguhnya aku minta Engkau pilihkan sesuatu yang baik dengan pengetahuan-Mu, dan aku minta Engkau kuasakan dengan kekuasaan-Mu, dan aku minta kepada-Mu dari anugerah-Mu yang besar itu, karena sesungguhnya Engkaulah yang berkuasa sedang aku tidak kuasa, Engkaulah yang Maha Mengetahui sedangkan aku tidak mengetahui, dan Engkaulah yang mengetahui perkara-perkara yang ghaib. Ya Alloh, Ya Tuhanku. Jika Engkau benar-benar mengetahui bahwa pilihan ini --sambil menyebutkan pilihannya-- baik untukku dalam urusan agamaku, kehidupanku, kesudahan urusanku, yang sekarang maupun nanti, maka kuasakanlah dia kepadaku dan mudahkanlah dia untukku, dan berikanlah keberkahan di dalamnya. Tapi jika Engkau benar-benar mengetahui bahwa perkara ini tidak baik bagiku dalam urusan agamaku, kehidupanku, dan kesudahan urusanku, yang sekarang ini maupun nanti, maka jauhkanlah dia dariku dan jauhkanlah aku darinya, lalu kuasakanlah kepadaku sesuatu yang baik dari manapun datangnya, dan jadikanlah aku ridho dengannya."


Beliau juga bersabda : "Tidak akan menyesal selamanya siapa pun yang beristikhoroh (memohon pilihan yang baik) kepada Alloh, bermusyawarah dengan manusia serta istiqomah dalam urusannya."
Mudah-mudahan kita semua diberikan petunjuk oleh Alloh di dalam memilih sesuatu dan dijauhkan diri kita dari semua kesalahan yang mungkin terjadi karena kealphaan kita dan dosa-dosa yang selama ini kita lakukan. Amiin ya Alloh, ya Robbal'alamin.



CATATAN
  • Istikharah = memohon agar dipalingkan perhatian kepada apa yang dipilih Allah Swt.

  • Bebas memilih bacaan ayat Qur’an seusai Al-Fatihah. Tidak ada dalil kuat yang mengkhususkan bacaan ayat Qur’an dalam salat istikharah. Yang khusus hanyalah doa istikharah.

  • Doa istikharah itu boleh diucapkan secara hafalan atau pun dari lembaran kertas. Doa itu dapat dibaca di dalam salat atau pun sesudah salat.

  • Seusai istikharah, kerjakan pilihan sesuai kecenderungan hati sanubari [atau akal sehat]. Tidak perlu menanti mimpi (maksudnya, gak mesti dari mimpi datengnya jawaban). Bila kurang mantap, lakukan istikharah lagi.

wallahu'alam bishowab
anfahanan