Rabu, Oktober 26, 2011

cercahan jejakmu yang ada

jejak demi jejak aku memaksa memori
kugali semakin dalam
cercahan tentangmu sulit kutemui di sudut sudut langit hidup ini...
jauh tentang waktu lalu sebelum di ijinkan bersama kembali...

dan ijinkan, ini cercahan jejakmu yang ada...
yang memiliki kesan mendalam untukku...

17 maret 2009 kau katakan pada 3:34 pm;
hai...maaf baru bisa gabung sekarang.hehe...

itukah terhubung pertama kali di jejaring sosial setelah sekian lama tak jumpa dari kelulusan aliyah kita? mmhh.. aku memang tak mengingat banyak hal.. tapi aku masih punya hal lainnya...
sebentar, itukah juga pertama kali kau memasuki dunia jejaring sosial? kulihat akulah yang pertama menjadi teman di jejaring sosialmu ^_^ (*iseng banget ya sampe lihat post pertamamu di jejaring sosial, he)

9 april 2009 dariku;
tanpa pencarian, tak kan menemukan. tanpa usaha, tak kan mendapatkan. tanpa doa, tak kan terkabulkan. tanpa Rabb, tak kan dapat apa-apa. :-)

14 November 2009 kau katakan pada 6:41 pm;
wudwuhh fhoto nya nyeremin ih...!!

komentar itu aku ingat, profile picture yang aku pasang, seorang perempuan cantik berambut panjang di bawah pohon yang rindang sedang duduk di sebuah kursi, diam dan sendiri... dilanjut percakapan 7:21 pm di tanggal yang sama...

3 maret 2010 kukirimkan untukmu pada 1:56 pm;
Kala tersipu di depan manusia dan Fortuna,
sendirian aku terlunta-lunta berair mata.

Percuma kuraungi langit nan tunarungu,
maka kucermini wajahku, kuomeli tapak tanganku.

Oh, andai aku raja sejuta satria,
yang mendamba raut muka ini-itu,
yang tak mungkin kuhirup walau mulutku meliur.

Namun, saat kutatap cermin dengan sebelah mata,
mendadak sontak terpampang dikau, lalu wajahku,
bagai cengkerama mencuat di masa rehat.

Dari bumi merekah, syahdu nyanyiku di pintu surga,
berkat memuat memori cinta berair madu,
tak sudi kutukar wajah aku dengan raut muka raja.

puisi karya Shakespeare, “Soneta 29”, terjemahan M. Shodiq Mustika.
^_^

4 maret 2010 tentangku pada 11:07 am;
disapa orang. dijawab pelan, "lagi lemes." kayaknya gak kedenger siy.. terus bilang gini: "*it* sombong ih." Dalem hati, "lagy lemes niy, **... bukan gak mau nyapa. susah digerakin bibirnya krn lg lemes bgt disebabkan sesuatu." Salah yahh *_*
darimu;
ga gitu jg cintaku...insyaAllah orang2 ngerti ko
dan aku jg..ingin tetap mengertimu
dariku kembali;
for my lovely: ^_^ yah! Smg mereka mgrti. Trmksh cinta, atas pgrtian & prhatiannya..

3 mei 2010 kukirimkan untukmu pada 8:12 pm;
Hadiah Aqidah itu, dan akan selalu tetap itu.. Insya Alloh. "....Illa bisulthon." kini hanya itu,, [for "you"]
kau membalasnya; 
yang itu akan terhadiahkan untukku.
untuk semua yang menantimu.
Uhibukfillah...!!
luv u much...!!
akupun membalas kembali;
untukmu selalu [deh,, :D]
ahabbakaladzi ahbabtaniylah...
me too.. so much! ^_^

3 mei 2010 dariku 9:40 pm;
‎"Kebenaran itu bukan sesuatu yang tiba-tiba datang sendiri, tapi terkadang kita yang harus menghampiri. meski kadang merasa hidayah itu dipunyai, akan tetapi apakah hidayah dari kebenaran lain juga dipunyai?!" *hidayah itu gak cukup sekali...*[anfa]
darimu;
karena kesempatan dapat diciptakan.
kesempatan untuk mengabdi (a'bid),
kesempatan untuk memberi,
kesempatan untuk berkorban,
kesempatan untuk menerima hidayah dan
kesempatan untuk menemukan kebenaran.
kemenangan itu diperjuangkan...!!
seperti perjuangan cinta kita...!
hehehe...peace!!!
aku kembali;
Yupz
Like This @"sayangku".
akan selalu diperjuangkan... ^_^ heee [juga]

Kadang kala aku cemburu,
melihat ini;
14 november 2009 darimu untuk kakamu;
Membaca adalah sebuah suaka yang paling pribadi dan subjektif. Sebuah
ruang-hening yang personal. Melewati bahasa, seorang pembaca secara
aktif menerjemahkan teks untuk dirinya—sebuah penggalian makna dan
penjelajahan ke kedalaman. SVEN BIRKETS

begitupun yng kubaca tentangmu kaka tercintaku
jawabnya (kaka mu);
jika saatnya nanti...

sudahlah...
dan kini... aku dalam posisi terjauh dalam cercahan tentangmu..
dalam menanti harapan itu..
dan padaNya saja.

17 desember 2010 pada 1:32 pm;
Ini terasa ada di posisiku terhadapmu (mungkin saat ini [juga]);

Makna Sebuah Titipan (Karya: W S Rendra)

Sering kali aku berkata,
ketika orang memuji milikku,
bahwa sesungguhnya ini hanya titipan,
bahwa mobilku hanya titipan Nya,
bahwa rumahku hanya titipan Nya,
bahwa hartaku hanya titipan Nya,
bahwa putraku hanya titipan Nya,
tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya,
mengapa Dia menitipkan padaku?
Untuk apa Dia menitipkan ini pada ku?
Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik Nya ini?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya ?
Ketika diminta kembali,
kusebut itu sebagai musibah kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka,
kusebut dengan panggilan apa saja untuk melukiskan bahwa itu adalah derita.
Ketika aku berdoa,
kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku,
aku ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak rumah,
lebih banyak popularitas,
dan kutolak sakit, kutolak kemiskinan,
Seolah semua "derita" adalah hukuman bagiku.
Seolah keadilan dan kasih Nya harus berjalan seperti matematika :
aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku,
dan Nikmat dunia kerap menghampiriku.
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan Kekasih.
Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku", dan menolak keputusanNya yang tak sesuai keinginanku,
Gusti, padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah... "ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja"


itu aku...
kau tahu bagaimana penjabaranku...
dan harapan itu kan ku simpan padaNya saja.

       ...i love you so...
...sahabatku, saudaraku...





anfahanan

Sabtu, Oktober 08, 2011

Aku Pikir, Aku Terlalu Lelah.

Aku tak tahu sesulit apa saudarasaudaraku merasakan jalan ini.
sulitsulit itu memang berbeda.
ketinggian lantai sebuah jalan yang membedakan. aku tahu.
tapi...
aku tahu bagaimana sakit dan sulitnya saat terjatuh.
saat kekuatan begitu melemah.
saat genggaman begitu rapuh.
saat air mata adalah bagian dari jalan yang tak terpisahkan.
...pedih.
saat jalan sangat terasa menajam dan berliku.
mendaki dan begitu melelahkan.
meskipun begitu,
harus diterjang.

Namun aku tidak tahu,
berapa kali aku terhenti,
berapa lama aku menanti,
tapi aku tahu, DIA jawaban yang pasti.

Pedih begitu menjalar tubuh,
mendera terasa perih.
Saat itu, aku jatuh ingin terhenti dari semua.
begitu hujan tanya selalu membasahi pikir dan jiwa,
tentang apa yang dicapai,
tentang apa yang ditunaikan,
tentang harapan pada impian,
tentang tujuan sebuah Keridhoan.

Hidupku lelah...
atau pikirku lelah...
aku...
aku terlalu lelah...

Lelah pada diriku yang jatuh,
lelah pada pikirku yang terhenti,
lelah pada hidupku yang rapuh,
aku terlalu lelah.

Aku lihat siapa didepanku,
aku lihat siapa dibelakangku,
aku merasakan yang berada di atasku,
mati rasa yang berada disampingku.


anfahanan.
tersudut dalam ruang rasa, 08/10/2011.

Selasa, Oktober 04, 2011

Masa Berlalu Cepat Berganti

Masa berlalu begitu cepat...
sekat makna begitu deras membasahi memori hidup,
ada sisa derap langkah yang mengejar begitu padat,
menyerpih di sudut sudut dan rongga jiwa yang mencakar...

masa tlah datang tuk di lalui,
waktu tlah hadir tuk di langkahi,
sisa usia tlah memanggil untuk di tunaikan...

berkahilah setiap buku masa dalam kemaslahatan,
simpan sedikit waktu tuk nikmatnya arti persaudaraan,
indahkan ingatan tuk menjabat setiap mesin waktu masa lalu, kenangan...
tuk menjamah setiap mesin waktu masa depan, impian...

kini, esok, atau lusa adalah milik kita bersama...

Ruang Rasa, 04/10/2011. 10:56
aku,
di mesin waktu masa kini.
anfahanan

Sabtu, Oktober 01, 2011

Saat Aku Tak Pantas disebut Aku

Ya!
pantas atau tidak pantas.
entah apa yang sering berputar diri dalam pikiran. 
tentang sebuah kata pantas, 
tentang memantaskan diri.

ketika orang lain menganggapku ada...
tapi aku tak berguna,
tapi aku tak penting,
tapi aku tak berharga,
tapi aku terasa hina,
tapi aku serasa tak ada,
aku...
memang tak pantas,
tak pantas ada.
tak pantas dimengerti,
tak pantas dipahami,
tak pantas berada; berada dihadapan mereka.
aku tak ada,
tak ada aku.

Saat Rabb berikan yang terbaik,
saat Rabb berikan setiap jalan,
saat Rabb selesaikan rumitnya hidup,
saat Rabb melegakan persoalan,
namun aku sedikit beryukur,
namun aku kurang berterima kasih,
namun aku tak memberi penghambaan lebih,
namun aku begitu terasa hina atas ibadahku,
namun aku begitu lemah,
aku...
tak pantas.
tak pantas sebagai hamba yang selalu Engkau tolong,
meski aku slalu butuhkan...

ketika kembali menjadi kunci.
ketika aku disimpan posisi.
ketika aku merasa merugi...
tapi aku begitu lemah,
tapi aku begitu rapuh,
tapi aku sedang tak mampu berdiri,
tapi aku merasa dudukpun terasa pilu.
aku...
tak pantas menyebut diri sebagai aku.

Pergi...
Berputar, dan
Mencari...
kepantasan diri;
pantasnya diri dihadapan mereka,
pantasnya diri dihadapan Rabb,
pantasnya diri dihadapan diri...

diri dihadap diri,
aku lihat ia begitu sangat tak pantas...
Namun demikian,
Bagaimana aku memantaskan diri?
tentang sebenarnya apa yang pergi, berputar, dan mencari...

aku sendiri,
tanpa diri...
sepi.
tak perlu katakan mereka,
apalagi mereka, diri pun tak ada...

biar saja aku dengan ketidakpantasanku.
meski naif, nyata hadirnya terkadang hanya cukup tuk posisikan aku ada
walau tak pantas.

anfahanan.
dinihari terkunci dalam ruang rasa, 01/10/2011