Senin, November 14, 2011

persaudaraan sejati

aku bisa,
hidup dengan apa yg kupunya,
dengan apa yang kumiliki..
bersenandung dalam hidup tanpa sebuah lagu..
bermimpi tanpa sebuah impian..
bercengkrama tanpa seorang kawan..

ilusi.
ternyata semua hidup itu hanya dipenuhi ilusi..
tersadari tak mampu berdiri,
tanpa kedua kaki.
ya!
aku sudah seperti kehilangan kedua kaki.
semangat hidup itu ada di kedua kaki yang itu..
meski seorang mampu hidup tanpa mengandalkan kedua kaki..
hidup dengan kedua kaki adalah kesempurnaan.
itulah semangat hidup yang kupunya..
puzzle kehidupan yang tak mampu terlepas..
satu dua atau tiga bagian hilang, bukanlah puzzle yang sempurna..

hidup dengan ilusi diri
memapah kemandirian tanpa merasa kehilangan
itu hanya melukai diri tanpa mau menyadari
bahwa mereka adalah bagian dari semangat hidup ini.

egois,
suatu tembok tebal yang sangat menghalangi kesempurnaan.

nyatanya..
tersadari bahwa ini semua ilusi diri..
tak mampu berdiri..
lebih dari kehilangan kedua kaki..
menutup mata dari paripurnanya kehidupan hakiki..
dengan persaudaraan sejati.
14/11/2011. 06:32 pm


sepertinya simpanan masa lalu hilang bersama ke-egoisan..

lalu apa yang bisa di mengerti tentang sebuah persaudaraan?
hanya bisa menyakiti diri sendiri?
takut pada keadaan terluka atau di lukai?
jadi lebih baik melukai diri sendiri?

tanpa perlu lagi sama sama bisa menyimpan harapan bersama kepadaNya..
tanpa perlu lagi ada kata bersama..
sama sama kepada 'saling'
ya! tak lagi ada kata saling...
persisnya tahu, bahwa persaudaraan dibangun karena kepercayaan,
dan loyalitas begitu tinggi.. juga untuk kata saling...

tapi semua bisa saja semu dengan ilusi diri masing-masing..
membusung dada diri ini bahagia..
padahal luka begitu pedih membasuh hari..

lupa..
tentang siapa itu saudara.
hanyut bersama air mata dalam bendungan rindu tertutup rapih
tanpa mau menyiramnya dengan bahasa hati
tersampaikan oleh mentari pagi atau terangnya rembulan...

selalu berselimut dengan takut
takut ianya melihat
bahwa hari selalu menyimpan senyuman tak disampaikan
menyimpan cerita rindu tak terelakan
dengan beribu simpanan harapan..
takut!
takut ianya melihat bahwa aku masih menyimpan harap.
kututupi dengan hilangnya diri untuk berlari dari penglihatannya..
karena ianya takut
untuk lagi mempunyai harap
tentang semua harap yang sempat tersulam oleh masa..

dari semua rajutan masa oleh sulaman hati yang tersimpul dengan baik
terjaga untuk kembali menggali harap tenggelam bersama ke-egoisan.
tersenyum bersama air mata terbasuhkan kenangan masa..
terluka bersama tawa dengan basahnya rindu pada hati..

menunggu suatu senyum selamat datang yang tak pasti..
bersama kerelaan diri untuk melukai hari dengan sepi..
rasa maaf tak sepahit yang di harap..
rasa luka tak semanis yang tersajikan..
tapi ketegaran harus terbayarkan.
meski lelahnya berdiri dengan kepapaan ilusi.

sampai jumpa goresan..
goresan warna pada langit..
goresan simpul pada bibir..
dan mungkin juga goresan pedih pada hari..
semua menjadikan bumi subur dengan kekuatan langit.


14/11/2011. 21:22 pm

anfahanan

Selasa, November 08, 2011

RESIKO

Tertawa beresiko memperlihatkan kebodohan
Menangis beresiko memperlihatkan kecengengan
Mengemukakan gagasan dan impian di hadapan umum beresiko kehilangan mereka
Mencintai beresiko untuk tidak dicintai 
Hidup beresiko mati
Berharap beresiko putus asa

Tetapi resiko harus diambil 
Karena bahaya terbesar dalam hidup adalah tidak mengambil resiko apapun

Orang yang tidak mengambil resiko
tidak melakukan apapun
tidak memiliki apapun, dan
tidak berarti apapun
Mereka dapat menghindar dari penderitaan dan kesedihan, 
tetapi mereka tidak dapat belajar, merasakan, berubah dan bertumbuh
Orang yang merdeka hanyalah mereka yang berani mengambil resiko.


Inspiras!


Rangkaian Kata Inspiras!


"I've failed over and over and over again in my life and that is why I succeed" (Michael Jordan)

"Janganlah kalian mengejar cinta. Jadilah legenda yang penuh dengan prestasi dan manfaat untuk orang lain, maka cinta akan silih berganti mengejar kalian. Dan ketika masa itu datang, pilihlah takdir cintamu, kelola cintamu, atur kadarnya, arahkan posisinya, dan kontrol kekuatan cinta sesuai dengan tempatnya" (Romi Satria Wahono)

"Aku tak pernah dapat memikirkan rencana mendetail tentang apa yang akan terjadi di masa depan. Aku hanya mengatakan, Aku akan berdjoeang. Siapa yang tahu, Aku akan sampai dimana" (Richard M. Stallman)

"Wahai para pemuda, janganlah pernah mau jadi pecundang, berebutlah untuk menjadi legenda. Kuingin kau tahu, jalan legenda terbuka lebar, bagi siapa saja yang mau berusaha dan berdjoeang. Dan tidak semua orang yang punya kemampuan bisa menjadi legenda, karena menjadi legenda adalah sebuah pilihan, bukan karena kemampuan" (Romi Satria Wahono)

"Hanya dengan anugerah Allah, kemudian kerja keras, perdjoeangan tidak kenal lelah dan fokus pada tujuan, yang memungkinkan saya menggapai impian" (Muhammad Ali)

"Ciptakan Masa Depanmu dari Masa Depanmu, Bukan dari Masa Lalumu" (Werner Erhard)

"Mari kita coret kata putus asa, dari kamus kehidupan kita. Jangan sesali siapapun juga. Jangan salahkan siapapun juga. Mari kita hapus kata tidak bisa, dari buku harian kita" (Bimbo)

"Bukan keinginan untuk menanglah yang penting - semua orang memilikinya. Keinginan untuk menyiapkan diri supaya menanglah yang penting" (Paul Bryant)

"Bakat itu lebih murah daripada garam dapur. Yang membedakan orang berbakat dari orang sukses adalah kerja keras dalam jumlah besar" (Stephen King)

"Kau tidak bisa menyeberangi laut hanya dengan memandangi airnya" (Rabindranath Tagore)

"Yakin dan bertindaklah seolah kegagalan adalah hal mustahil" (Charles F. Kettering)

"Imajinasi adalah segalanya. Imajinasi adalah pandangan awal terhadap daya tarik kehidupan yang akan datang" (Albert Einstein)

"Kala tidak ada perdjoeangan, tidak ada kekuatan" (Oprah Winfrey)

"Kegagalan adalah kesempatan untuk melakukan sesuatu sekali lagi, dengan lebih cerdas" (anonim)

"Jika seseorang mengatakan gagasanmu salah, mungkin gagasanmu itu terlalu fantastis untuk dipahami" (anonim)

"Kelilingi dirimu dengan yang terbaik, dan kau akan mencapai lebih banyak dibandingkan semua orang lain" (anonim)

"Hargai kekuatanmu maka hal itu akan menjadi makin kuat. Hargai kesuksesanmu maka hal itu akan berlipat ganda" (anonim)

"Orang yang memindahkan gunung mulai dengan menyingkirkan batu kecil" (Wiliam Faulkner)

"Kelemahan terbesar kita ada pada menyerah. Cara paling pasti untuk sukses adalah berusaha sekali lagi" (Thomas A. Edison)

"Jangan biarkan kesenangan masa kini merugikan masa depanmu" (anonim)

"Kalau bukan karena tantangan, apakah kita akan benar-benar tahu apa yang kita mampu lakukan?" (anonim)

"Berteguh hati dalam mengatasi tantangan adalah satu hal, tapi melakukan hal sama berulang-ulang ketika hal itu jelas-jelas tidak berhasil adalah hal lain" (anonim)

"Pemenang tidak akan pernah berhenti dan mereka yang berhenti tidak pernah menang" (anonim)

"Kesempurnaan datang dengan membawa lebih banyak daripada yang orang anggap bijaksana, mengambil resiko lebih banyak daripada yang orang anggap aman, bermimpi lebih besar daripada yang orang anggap bisa terwujud, dan mengharapkan lebih banyak daripada yang orang anggap mungkin" (anonim)

"Kesalahan terbesar adalah tidak melakukan apa-apa, karena kau hanya bisa melakukan sedikit hal. Lakukan apa yang kau bisa lakukan" (Sidney Smith)

"Melakukan hal terbaik saat ini menempatkanmu di tempat terbaik pada saat berikutnya" (Oprah Winfrey)

"Segala sesuatu mungkin datang pada mereka yang menunggu, tapi hanya berupa sisa dari mereka yang bergegas" (Abraham Lincoln)

"Kalau ingin mencapai apapun dalam kehidupan, kau tidak bisa hanya duduk dan berharap hal itu akan terjadi. Kau harus membuatnya terjadi" (Chuck Norris)

"Jangan pernah takut melakukan hal baru. Ingat! amatir membangun bahtera, sedangkan Profesional membangun Titanic" (anonim)

"Satu-satunya orang yang tidak pernah melakukan kesalahan adalah orang yang tidak pernah melakukan apapun" (Theodore Roosevelt)

"Rahasia melangkah maju adalah mulai" (anonim)

"Cara terbaik kau bisa memprediksi masa depan adalah dengan menciptakannya" (Stephen Covey)

"Tak ada yang bisa mencegahmu memilih menjadi luar biasa" (Mark Sanborn)

"Kalau tidak bersedia melakukan pengorbanan untuk menjadi orang yang benar-benar kau inginkan, kau harus menerima kenyataan bahwa kehidupanmu tidak akan pernah berubah" (anonim)

"Pengetahuan bukanlah kekuatan; Cara kita menggunakan pengetahuanlah yang menentukan kekuatan kita" (anonim)

"Kau tidak harus hebat untuk memulai, tapi kau harus mulai supaya bisa hebat" (Les Brown)

"Masa depan bukanlah suatu tempat yang kita datangi, tapi sesuatu yang terus-menerus kita ciptakan" (anonim)

"Lebih ampuh daripada keinginan untuk menang adalah keberanian untuk memulai" (anonim)

"Dunia tidak peduli dengan apa yang kau ketahui; Dunia hanya peduli dengan apa yang kau lakukan" (anonim)

"Inilah waktunya menjalani kehidupan yang kau idamkan!" (anonim)

"Saya tidak berbeda dari orang lain. Saya hanya tidak bersedia merasa puas dengan apapun yang kurang dari apa yang bisa saya capai" (Cameron Johnson)

Sabtu, November 05, 2011

SYAHADAT HARAM !!!

Syarat - Syarat Syahadat yang terlupakan.

Sudah menjadi dasar bagi pengikut manhaj Ahli Sunnah Wal Jamaah untuk memahami dan mengaplikasikan makna dan hakikat syahadah secara syumul (menyeluruh). Maka benar gak ya kalau SYAHADAT HARAM untuk di tinggalkan. Syahadah merupakan masalah yang sangat asas dalam Dienul Islam. Oleh kerana itu tidak dibenarkan bagi seseorang muslim untuk berpura-pura jahil terhadap ketentuan tersebut. Disamping itu kalimah syahadah adalah kalimah tauhid yang sekaligus memiliki satu pernyataan khusus tentang sebuah kepasrahan diri (penyerahan diri) daripada segala bid'ah dan kesyirikan, baik yang berkaitan dengan aturan Allah ataupun RasulNya. Maka untuk memahaminya, sebuah kajian kritis menurut tinjauan nas dan dalil syar'ie yang tetap/ konstan (tsabit) dan qot'ie amat diperlukan (kerana perkara ini bukan persoalan ijtihadiyah). Hal ini diperlukan dalam rangka menghindari fitnah syubhat dan syahwat dalam beribadah yang pada masa ini dilakukan oleh majoriti kaum muslimin. Bukti konkrit akibat kejahilannya tidak sahaja akan mampu menelorkan warna kebatilan, kehinaan dan kezaliman bahkan juga perpecahan.

Oleh kerana itu Doktor Safar Al Hawaly telah menulis di dalam bukunya, Sekularisme bahwa sekularisme sendiri pun yang sekarang ini telah berkembang pada sekelompok umat Islam, tidak lain adalah kerana kekerdilan pemahaman terhadap nilai aqidah (Kalimah Tauhid).
Melihat betapa pentingnya perkara diatas, maka hasil daripada pemahaman tersebut bukanlah hanya sekadar perkataan dan doktrin sahaja, tanpa sebuah perealisasian. Berbeza dengan pemahaman yang sering ditunjukkan oleh pelbagai firqah dan aliran sesat seperti khawarij, murjiah, kaum tarikat, sufi dan sebagainya.
Maka disinilah bermulalah titik permulaan sebagaimana yang telah disimpulkan oleh Imam Ibnu Taimiyah dalam majmu'nya bahwa: Dien ini dibangunkan atas dasar kalimah syahadah, oleh kerana itu janganlah kamu menjadikan Ilah selain Allah, mencintai makhluk sebagaimana cintanya terhadap Allah, berharap dan takut sebagaimana takut dan berharapnya anda kepada Allah dan barangsiapa yang menyamakan antara makhluk dengan Allah, maka sesungguhnya dia telah berbuat zalim/ kafir kepada Nya, sekalipun dia mengakui Allah sebagai Al Khaliq (Maha pencipta).
  • Pengertian Asyhadu  :
-Menyaksikan (Al Hajj 22:28), ( Al Imran 3:18)
-Sumpah (An Nisa’ 4:15)
-Bersaksi (Al Munafiqun 63:1)
  • Pengertian Ilah
- Sesuatu yang layak diibadahi (disembah) dengan penuh ketaatan. (Ibnu Taimiyyah)
- Sesuatu yang dicenderungi dan di wala’ (dicintai, berpihak, menyokong) oleh hati dengan penuh kecintaan, keagungan, kemulian, tunduk dan patuh serta takut dan penuh pengharapan. (Ibnu Qayyim)

Sesuatu yang :
a. Tidak ada yang mententeramkan hati kecuali Allah. (Ar Ra’d 13:26)
b. Tidak ada tempat berlindung kecuali Allah.(Asy Syura 42:9)
c. Tidak ada yang dicintai kecuali hanya Allah. (At Taubah 9:24)
d. Tidak ada yang diibadahi kecuali Allah. (Al Fatihah 1:4)
e. Tidak ada yang ditaati kecuali Allah. (An Nisa 4:59)
f. Tidak ada pemilik atau raja kecuali Allah. (Ali Imran 3:32)
g. Tidak ada yang diagungkan kecuali Allah. (Al Waqiah 56:96)
h. Tidak ada yang harus dipegang teguh kecuali Allah. (An Nisa 4:176)
i. Tidak ada penguasa kecuali Allah. (Al Anam 6:61)
j. Tidak ada sumber hukum kecuali Allah. (Asy Syura 42:10)
Menurut (Ustaz Said Hawa)
Sesuatu yang dijadikan ma’bud (yang di ibadahi)

  • Peranan dan Fungsi Syahadah
- Merupakan dasar bernilainya Dienul Islam. (Ibrahim 14:24-26)
- Merupakan pembeza antara Muslim dan Kafir.
- Merupakan syarat mutlak masuk jannah/syurga.Telah bersabda Rasulullah saw: Barangsiapa yang bersyahadah tiada ilah kecuali Allah dan Muhammad Rasulullah, maka Allah mengharamkan jasadnya untuk disentuh api neraka. (Hadis Riwayat Muslim)
- Merupakan kunci atau syarat diterima sesuatu ibadah/ amalan. (Al Furqan 25:23)
- Merupakan syarat untuk mendapatkan syafaat dari Rasulullah saw pada hari kiamat.
- Telah bersabda Rasulullah saw: Manusia yang paling beruntung mendapatkan syafaatku pada hari kiamat adalah barangsiapa yang mengatakan ‘lailahailallah’ secara ikhlas dari hati dan jiwanya. (Hadis Riwayat Bukhari)
- Merupakan syarat jaminan perlindungan harta, jiwa dan kehormatan manusia.

  • Peringkat-Peringkat Syahadah
- Ada pengetahuan dan keyakinan atas kebenaran dan ketetapan apa yang disaksikan (syahadah).
- Mengikrarkan syahadah dengan disaksikan orang lain dengan berbicara, menulis atau berkata pada diri sendiri.
- Memberitahu, mengkhabarkan dan menjelaskan persaksian orang-orang lain.
- Iltizam terhadap kandungan syahadah.

  • Syarat-Syarat Sah Syahadah
Syaikh Wahhab bin Munabbih pernah ditanya, “Bukankah syahadah lailahailallah itu merupakan kunci jannah? Beliau menjawab, “Benar, tetapi tidak ada kunci melainkan ia pasti memiliki gerigi. Apabila engkau datang membawa kunci yang ada geriginya, maka jannah itu akan terbuka bagimu. Namun jika tidak, maka ia akan tetap tertutup bagimu.” (Riwayat Bukhari). Gerigi yang dimaksudkan itu ialah syarat-syarat syahadah

    Berikut merupakan syarat-syarat syahadah (oleh Al Qohthoni, Al Wala’ Wal Bara’):
- Al Ilmu, iaitu mengetahui makna syahadah dan apa sahaja yang dinafi atau diithbatkan (ditetapkan). (Muhammad 47:19)
- Al Yaqin, iaitu yakin tanpa ragu-ragu dengan sebenarnya semua yang terkandung dalam syahadah tersebut. (Al Hujurat 49:15)
- Al Qobul, iaitu menerima seluruh kandungan syahadah dengan hati dan lisan tanpa meninggalkan sesuatu tuntutan pun. (As Saffat 37:35-36)
- Al Inqiyad, iaitu tunduk dan patuh dalam mengaplikasikan keseluruhan tuntutan syahadah tanpa keberatan sedikitpun. (An Nisa’ 4:65; An Nisa’ 4:125; Luqman 31:22)
- As Sidqu, iaitu mengucapkan syahadah dari lubuk hati yang benar-benar jujur dan benar. (Al Ankabut 29:1-3)
- Al Ikhlas, iaitu mengikhlaskan amal dan niat hanya untuk Allah sahaja tanpa dicemari oleh kotoran-kotoran syirik. (Al Bayyinah 98:5)
- Al Mahabbah, iaitu menyintai seluruh kandungan syahadah dan apa sahaja yang menjadi tuntutannya serta menyintai orang-orang yang beriltizam dan komitmen dengan kalimah syahadah serta membenci hal-hal yang membatalkan syahadah. (Al Baqarah 2:165)

  • Kedudukan Syahadah
Perintah Allah yang terbesar kepada seluruh manusia adalah ‘Lailahailallah’ iaitu menafikan segala jenis ilah kecuali Allah (Al Anbiya’ 21:25). Syahadah merupakan pembeza antara muslim dan kafir dan syahadah juga merupakan syarat mutlak masuk jannah. Barangsiapa yang tidak sempurna kedua-dua rukun syahadah (menafikan dan menetapkan), maka ia pasti terjebak dengan dosa besar iaitu menyekutukan Allah, yang tidak dapat ditampal dengan apa jua ibadah hatta solat, puasa mahupun haji.
Telah bersabda Rasulullah saw: Dua hal yang menentukan. Bertanya seorang lelaki: Ya Rasulullah! Apa yang dimaksudkan dengan dua hal yang menentukan itu?, Beliau menjawab, Barangsiapa mati menyekutukan Allah dengan sesuatu, maka ia masuk neraka dan barangsiapa mati tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu, maka ia masuk jannah. (Hadis Riwayat Muslim)

  • Pengertian Syahadah Lailahailallah
Kalimah ini bermaksud ‘tiada ilah selain Allah’. Kalimah ‘tiada ilah’ bermaksud bahawa kita menafikan atau menolak semua bentuk sembahan lain selain daripada Allah. Kalimah ‘selain Allah’ pula bermaksud kita menetapkan bahawa yang disembah (ma’bud) itu hanyalah Allah semata-mata dan meyakini bahawa tiada sekutu bagi Allah. Ini sebenarnya mencakupi konsep ‘Nafy wal Itsbat’ (penafian dan penetapan). Kita menafikan semua ilah selain Allah dan menetapkan bahawa hanya Allah sebagai ilah.

  • Rukun Syahadah Lailahailallah
Rukun syahadah lailahailallah terbahagi kepada dua iaitu:
1. Menafikan
Menurut Doktor Sholih Fauzan (Makna Lailahailallah) dan Muhammad Sa’id Salim Al Qataahani (Antara Kekasih Allah dan Kekasih Syaitan), terdapat 4 sembahan-sembahan palsu/ Ilah-Ilah palsu yang perlu dinafikan iaitu:
a. Al Aliha
Merupakan apa sahaja yang manusia yakini dapat memberikan mudarat ataupun manfaat sehingga manusia bergantung kepadanya. (As Syura 42:9; Al Anam 6:14; Ar Ra’d 13:28; Yunus 10:107)
b. At Thowaghit
Ialah sesiapa sahaja yang disembah serta rela diibadahi, ditaati dan diikuti selain Allah. (Al Baqarah 2:256)
c. Al Andad
Merupakan apa sahaja tandingan-tandingan yang dapat memalingkan manusia daripada Allah. (Al Baqarah 2:165; At Taubah 9:24)
d. Al Arbab
Ialah sesiapa sahaja yang berfatwa (mengeluarkan hukum, undang-undang, perlembagaan atau peraturan) dan bertentangan dengan kebenaran (Al Quran dan As Sunnah) yang kemudiannya diikuti manusia. (At Taubah 9:31)

2. Menetapkan
Di antara hal-hal yang perlu ditetapkan pula ialah:
- Ilah hanyalah Allah. (Muhammad 47:19)
- Hanya Allah yang berhak menerima peribadahan daripada Manusia. (Al Fatihah 1:5)
- Hanya Allah layak menjadi pemilik, pemerintah, pembuat perlembagaan hidup untuk manusia dan penguasa tertinggi alam semesta. (Asy Syura 42:10; Al A’raf 7:3)
- Al Qosd wal Niyat (tujuan dan niat) hanya kepada Allah. (Al Bayyinah 98:5)
- Al Ta’zim wal Mahabbah (pengagungan dan kecintaan) hanya kepada Allah. (Al Baqarah 2:165)
- Al Khouf wal Roja’ (takut dan pengharapan) hanya kepada Allah.
- At Takwa hanya kepada Allah.

  • Siapakah THOGUT?
Mengingkari thogut dan beriman kepada Allah merupakan hakikat syahadah ‘Lailahailallah’. (An Nisa 4:60; An Nahl 16:36; Al Baqarah 256)
Allah telah mewajibkan kepada seluruh hamba Nya supaya mengkafirkan, mengingkari, menjauhi dan menentang serta memerangi thogut dan beriman kepada Allah sahaja. (Majmuat Rasail Shaykh Al Islam Muhammad bin Abd Al Wahhab)
Menurut Ibnu Qayyim Al Jauziyah, thogut ialah: Setiap yang diperlakukan manusia dengan cara melampaui batas (yang telah ditentukan Allah), seperti dengan disembah, atau diikuti, atau dipatuhi.
         Menurut Shaykh Al Islam Muhammad bin Abd Al Wahhab di dalam Majmuat Rasail nya, thogut ialah:
a. Syaitan yang menyeru kepada ibadah selain Allah.
b. Para pemimpin zalim yang meminda hukum-hukum Allah Taala.
c. Mereka yang berhukum dengan hukum yang lain daripada yang telah diturunkan oleh Allah.
d. Mereka yang mendakwa mengetahui ilmu ghaib selain Allah.
e. Segala sesuatu yang disembah selain Allah dan dia reda dengan peribadatan itu
    (Yasin 36:60; An Nisa 4:60; Al Maidah 5:44; At Taubah 9:31; Al Jin 72:26-27; Al Anam 6:59)

  • Tuntutan Syahadah Lailahailallah
Syahadah lailahailallah mengkehendaki seseorang itu :
- Beribadah (mengabdikan diri) hanya kepada Allah sahaja dan mengkufuri peribadatan kepada selainnya.
- Menerima seluruh syariat Allah samada dalam urusan ibadah, mu’amalah mahupun halal dan haram.
- Menolak syariat selain daripada syariat Allah.
i. Menolak berhukum dengan selain daripada hukum/ peraturan/ perlembagaan/ undang-undang Allah sahaja (Al Maidah 5:44)
ii. Menolak bida’ah dan khurafat. (Asy Syura 42:21)
iii. Menolak Penghalal (Yang Menghalalkan) dan Pengharam (Yang Mengharamkan) selain daripada Allah. (At Taubah 9:31)
- Menetapkan asma’ dan sifat Allah sebagaimana yang ditetapkan oleh Allah dan Rasulnya, dan menafikan apa yang dinafikan oleh Allah dan Rasul Nya.

  • Pengertian Syahadah Muhammadur Rasulullah
Mengikrarkan dengan lisan, beriman di dalam hati bahawa Muhammad Rasulullah saw adalah utusan Allah kepada seluruh makhluk Nya.

  • Tuntutan Syahadah Muhammadur Rasulullah
Syahadah Muhammadur Rasulullah mengkehendaki seseorang itu :
- Mengimani dan membenarkan semua yang dikhabarkan oleh Rasulullah saw. (Al A’raf 157-158)
- Mentaati perintah dan meninggalkan larangannya. (An Nisa’ 4:59; Al Anfal 8:13)
- Tidak beribadah kecuali dengan apa yang telah disyariatkan Rasulullah saw. Kerana Islam itu dibangun diatas landasan beribadah kepada Allah sahaja dan dengan menggunakan syariat yang yang telah disunnahkan Rasulullah saw. (Al Ahzab 33:21)

  • Nawaqid Asy Syahadah (Pembatal Syahadah)
Empat Elemen Pembatal Syahadah
1 . Syirik, iaitu:
Beriman kepada Allah tetapi ia menjadikan sekutu bagi Allah pada kerajaan Nya dan pentadbiran makhluk-makhluk Nya, iaitu pada penciptaan, menghidupkan, memberikan rezeki, mematikan, memberikan mudharat dan memberikan manfaat. Contohnya ialah syiriknya orang-orang Kristian dan Majusi. (An Nisa’ 4:48; Al Furqan 25:2)
Mensifati dirinya atau mensifati yang lainnya dengan sifat-sifat uluhiyyah. Sifat-sifat yang dimaksudkan itu ialah sifat-sifat yang khusus pada Allah. Termasuk disini ialah mereka yang menentang/ tidak mengakui salah satu sifat-sifat kesempurnaan Allah. (An Nazia’at 79:24; Asy Syuara’ 26:23; Al Furqan 25:60; Ar Ra’d 13:30)
Memberikan apa-apa bentuk peribadahan kepada selain Allah. (An Nisa’ 4:36; Az Zumar 39:64-66)
Kufur, iaitu tidak beriman kepada Allah dan Rasul Nya samada ia mendustakan atau tidak. Kufur terbahagi dua iaitu:
Kufur Akbar, iaitu kufur yang menyebabkan seseorang itu terbatal terus Islamnya. Kufur Akbar terbahagi kepada lima bahagian iaitu:
i. Kufur Takzib iaitu mendustakan rasul tentang salah satu perkara yang dibawanya. (Fatir 35:25)
ii. Kufur Iba’ wa Istikbar ialah seperti kufurnya iblis, ia tidak menentang perintah Allah dan tidak pula menerima perintah Allah dengan pengingkaran tetapi kerana enggan dan rasa sombong ia tidak mahu melaksanakan perintah Allah. (Al Baqarah 2:34)
iii. Kufur Iradh iaitu berpaling (tidak ambil kisah) terhadap apa yang dibawa oleh Rasulullah saw, tidak membenarkan dan tidak juga mendustakannya. (As Sajadah 31:22)
iv. Kufur Syak ialah ragu-ragu terhadap apa yang dibawa oleh Rasulullah saw. Ia tidak yakin akan kebenarannya dan tidak juga yakin akan kedustaannya. (Ibrahim 14:9)
v. Kufur Jahud iaitu menentang secara keseluruhan apa yang diturunkan oeh Allah atau menentang sebahagiannya yang sudah jelas daripada dasar-dasar Islam. (An Naml 27:14; Al An’am 6:33)

Kufur Asgar, iaitu kufur yang tidak mengeluarkan seseorang daripada Dienul Islam. Iaitu dosa-dosa besar yang dinyatakan sebagai suatu kekufuran di dalam Al Quran dan As Sunnah. Contohnya seperti kufur nikmat. (An Nahl 16:112)
Nifaq, iaitu seseorang yang menzahirkan/ menampakkan imannya di kalangan kaum Muslimin tetapi sebenarnya hatinya mendustakan dan mengkafirinya. Nifaq terbahagi kepada dua, iaitu:
Nifaq Iktikadi menyangkut soal akidah. Mereka dihukumkan kafir Hanyasanya tidak diperlakukan sebagaimana orang-orang kafir lainnya kerana masih tidak memperlihatkan kekufurannya. (Al Munafiqin 63:1-3)
Nifaq Amali pula hanya menyangkut soal amalan perbuatan seseorang yang hanya menyebabkan pelakunya menjadi fasiq dan bermaksiat namun tidak sampai kepada kufur. Ia tetap mempunyai iman, hanyasanya melakukan amalan yang berada pada cabang nifaq seperti mengkhianati amanah, berdusta/ berbohong dan mengingkari janji.

Selain itu, terdapat beberapa sifat munafiq yang agak menonjol iaitu:
a. Berbuat kerosakan di mukabumi dengan menyuburkan dan merosakkan syariat Allah dan menuduh orang-orang yang beriman sebagai bodoh. (Al Baqarah 2:11-13)
b. Menipu orang-orang beriman dengan menzahirkan keimanan semasa bertemu dengan mereka dan menzahirkan kekufurannya semasa bersama pendukung dan wali-walinya. (Al Baqarah 2:14)
c. Berpaling daripada berhukum kepada hukum dan syariat Allah dan menghalang-halangi manusia untuk melaksanakan hukum yang diturunkan oleh Allah. (An Nisa’ 60-61)
d. Memerintah yang mungkar dan mencegah yang ma’ruf. (At Taubah 9:67)
e. Menjadikan orang kafir sebagai wali (pemimpin, pendukung, kawan setia) dan meninggalkan orang-orang beriman. (An Nisa’ 4:138-139)
f. Memusuhi, membenci dan memerangi orang-orang beriman kerana Iman mereka dan berwali serta membantu orang kafir kerana kekufuran mereka. (Mujadilah 58:22; Al Buruj 85:8-10; Al Mu’minun 23:110-112)

Riddah iaitu kembali kafir setelah beriman. Antara definasi riddah yang lain ialah:
a. Seseorang yang keluar daripada Islam dalam keadaan berakal, sedar dan tidak terpaksa.
b. Seseorang yang mengingkari dasar-dasar Islam.
c. Seseorang yang mengucapkan suatu perkataan yang jelas kufurnya.
d. Seseorang yang secara jelas melakukan amalan-amalan yang bertentangan dengan Islam dan manhajnya.

Pembahagian Riddah ada empat iaitu:
a. Riddah dengan ucapan. Contohnya ialah menghina Allah, Rasul Nya, Islam.
b. Riddah dengan perbuatan. Contohnya ialah sujud kepada berhala, pindah ke Darul Kufur (negara kafir), membela Darul Harbi (Negara Kafir yang sedang berperang dengan Islam) dan memerangi Syariat Islam dan menggantikannya dengan undang-undang kafir.
c. Riddah dengan i’tikad. Contohnya mensyirikkan Allah, mengingkari As Sunnah (hadis yang sahih) dan mendustakan Nabi Muhammad saw.
d. Riddah dengan keraguan. Contohnya meragui perkara yang telah jelas haram di dalam Al Quran dan meragui kebenaran risalah Nabi Muhammad saw.

Terdapat beberapa bentuk kemurtadan iaitu:
a. Menyandarkan hukum kepada selain Allah. (Al Maidah 5:44-47; Al Ahzab 33:36; Al An’am 6:57; An Nisa 4:60)
b. Benci terhadap Syariat Islam atau mengutamakan syariat lain selain Islam atau menganggap bahawa semua dien/ sistem hidup manusia yang lain sama dengan Islam (menyamaratakan). (Muhammad 47:8-9).
c. Mempermainkan atau merendah-rendahkan sebahagian Syariat Islam yang terdapat di dalam Al Quran atau As Sunnah dan syiar-syiar Islam lainnya.
d. Menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal. (An Nahl 16:116-117; Yunus 10:59-60)
e. Beriman kepada Al Quran dan menolak As Sunnah. (An Nisa 4:150)
f. Menjadikan orang kafir, munafik dan atheis (tidak beragama) sebagai pemimpin. (Al Maidah 5:51; At Taubah 9:23)
g. Mempermainkan sifat Rasulullah saw atau pekerjaan Beliau.
h. Menganggap kandungan Al Quran bertentangan dengan realiti kehidupan atau bertentangan dengan apa yang sebenarnya berlaku atau bertentangan dengan fakta sains. (Ar Ra’d 13:37)
i. Mensifati sifat-sifat Allah dengan sifat yang tidak sesuai dengan keagungannya.
j. Fanatik terhadap puak/ bangsa/ negara dan menjadikannya sebagai tujuan kehidupannya malah sanggup mencurahkan apa sahaja samada usaha atau wang untuk kepentingan golongannya hingga melupakan diennya (Islam).
k. Mengangkat ideologi nasionalisme dan menjadikannya sebagai tujuan kehidupan.

  • Pra syarat pengakuan keimanan
Setiap Muslim mengetahui bahawa kunci kepada syurga adalah kalimah, ‘Tiada Ilah Yang Berhak Disembah Melainkan Allah’. Namun terlalu ramai Muslim yang dengan mudah bergantung kepada pernyataan ini dan percaya bahawa sekiranya mereka melafazkannya, tiada apa yang buruk akan menimpa mereka. Mereka merasakan mereka akan dianugerahkan dengan syurga semata-mata kerana melafazkan kalimah Syahadah ini. Sebenarnya, memang tidak perlu dipersoalkan bahawa sekadar melafazkan, ‘Aku Menyaksikan Bahawa Tiada Ilah Yang Layak Disembah Melainkan Allah dan Aku Menyaksikan Bahawa Muhammad itu Hamba Dan Rasul-Nya’, adalah tidak memadai. Malah, orang-orang Munafiq juga telah melafazkan kalimah Syahadah dan Allah swt menyatakan bahawa mereka adalah pendusta dan akan menduduki neraka yang paling dalam.

Namun begitu, sebagaimana yang dinyatakan oleh para ulama’, kalimah atau pernyataan ini adalah kunci syurga. Wahab bin Munabbih pernah ditanya, Bukankan pernyataan Lailahailallah itu kunci syurga? Beliau telah menjawab, Benar, tetapi setiap kunci mempunyai mata-matanya. Sekiranya kamu datang dengan kunci yang mempunyai mata yang betul, pintu itu akan terbuka buatmu. 
Tetapi sekiranya anak kuncimu tidak mempunyai mata yang betul, pintu itu tidak akan terbuka untukmu. Maksudnya di sini, ada pra syarat yang diperlukan. Pra syarat inilah yang membezakan antara mereka yang mendapat manfaat daripada pernyataan mereka dengan mereka yang tidak mendapat manfaat tersebut, walau sebanyak mana sekalipun mereka membuat pernyataan tersebut.
Sebelum membincangkan pra syarat kalimah Syahadah, saya merasakan bahwa ada satu perkara yang perlu saya jelaskan. Ramai orang gemar mengambil satu hadis atau satu ayat dan kemudiannya, berpandukan satu ayat itu semata-mata, mereka akan membuat kesimpulan seperti, sesiapa yang melafazkan kalimah Syahadah akan memasuki syurga. Sepatutnya kita semua sedar bahawa keseluruhan Al Quran dan hadis itu saling melengkapi dan menerangkan satu sama lain. Untuk menentukan kedudukan sebenar sesuatu persoalan, seseorang itu perlu mengambil kira semua ayat dan hadis yang berkenaan dan kemudian barulah menentukan apakah pandangan Islam yang sebenarnya mengenai perkara tersebut. Begitu jugalah dalam memahami pra syarat pernyataan kalimah Syahadah itu. 

Sekiranya kita mengkaji ayat-ayat Al Quran dan hadis-hadis Rasulullah saw, kita akan mendapati bahawa terdapat tujuh, lapan atau sembilan (bergantung kepada bagaimana kita melihatnya) syarat-syarat kalimah Syahadah. Adalah sangat penting untuk kita memastikan bahawa kita memenuhi syarat-syarat ini dalam kehidupan kita dan dalam pengakuan keimanan kita. Kita perlu berusaha bersungguh-sungguh untuk memenuhi syarat-syarat ini sebelum terlambat bilamana pengakuan keimanan kita tidak akan memanfaatkan kita lagi. Ianya bukanlah sekadar untuk mengajarkan syarat-syarat ini. Malah, tidak ada manfaatnya di situ melainkan kita semua memeriksa (muhasabah) akan diri kita dan memastikan bahawa kita memenuhi syarat-syarat tersebut semoga, dengan rahmat Allah swt, pintu-pintu syurga akan terbuka untuk kita menerusi kunci Lailahailallah kita.
- Syarat pertama:  Ilmu Seseorang mesti mempunyai ilmu asas dan am tentang apa yang dimaksudkan oleh kalimah Syahadah. Seseorang mesti memahami apakah yang ditegaskan oleh kalimah Syahadah dan apakah yang dinafikannya. 

Firman Allah Shubhanahu wa ta'ala di dalam Al Quran, Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu... (Muhammad 47:19).
Begitu juga sabda Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam, Sesiapa yang meninggal dunia mengakui bahawa tidak ada yang berhak disembah melainkan Allah akan memasuki Syurga. (Hadis Riwayat Muslim).
Sebenarnya, kalimah Syahadah itu adalah sebuah pengakuan ataupun ikrar. Apabila seseorang berikrar akan sesuatu, dia harus mengerti dan memahami tentang apa yang diikrarkannya itu. Jelas sekali, berikrar tentang sesuatu yang tidak diketahui (tidak mempunyai ilmu tentangnya) adalah tidak dapat diterima sama sekali.
Firman Allah Shubhanahu wa ta'ala di dalam Al Quran, ...melainkan orang yang mengakui yang hak dan mereka mengetahuinya (Al Zukhruf 43:86).
Syarat ini mungkin kelihatan begitu jelas. Sekiranya seseorang berkata kepadamu, Tiada Ilah Melainkan Allah, dan kemudian menjelaskan bahawa yang dimaksudkannya dengan Allah ada Isa, tentu sekali akan kita katakan Maka bayangkanlah bahawa masih ada umat-umat Islam yang merayakan perayaan tahunan untuk ‘Tuhan-Tuhan (semangat) Laut umpamanya! Namun begitu mereka berterusan menggelar diri mereka Muslim dan melafazkan kalimah Syahadah berkali-kali sehari. Ini jelas menunjukkan bahawa mereka tidak memahami langsung akan maksud Syahadah (pengakuan) itu sendiri. Adakah pada pemikiranmu, Syahadah sebegini akan membuka pintu-pintu Syurga untuk mereka? Pada hari ini, ramai Muslim yang hairan memikirkan mengapa kita tidak sepatutnya menerima sekularisme. Mereka memikirkan bahwa tiada apa yang salah dengan sekularisme! Ramai di antara mereka, malah, bersembahyang lima waktu sehari semalam dan melafazkan Syahadah berulangkali. Namun mereka tidak melihat apa-apa kesalahan dalam menerima Pemberi Undang-Undang selain Allah SWT. Syahadah (pengakuan) jenis apakah yang dilakukan oleh mereka ini? Setiap daripada kita mesti berusaha sedaya-upaya untuk belajar sekurang-kurangnya asas-asas keimanan dalam Islam. Dengan cara ini, Inshaallah, kita akan membuat pengakuan Syahadah yang benar. Kita akan menyaksikan akan kebenaran sebagaimana kita sepatutnya menyaksikan akannya.
- Syarat kedua: Yakin Ini adalah lawan kepada curiga dan ragu-ragu. Di dalam Islam, sebarang bentuk keraguan boleh membawa kepada Kufur atau tidak beriman. Kita mesti, di dalam hati-hati kita, mempunyai keyakinan yang sepenuhnya akan kebenaran Syahadah itu. Hati-hati kita janganlah berdolak-dalik walau sedikitpun apabila kita menyaksikan akan kebenaran, Tiada Ilah Yang Berhak Disembah Melainkan Allah. Allah swt menggambarkan orang-orang yang beriman di dalam Al Quran sebagai mereka yang mempunyai keimanan kepada Allah dan hati-hati mereka tidak sedikitpun merasa ragu-ragu. 

Firman Allah Shubhanahu wa ta'ala, Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar (Al Hujuraat 49:15).
Demikian juga, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam bersabda, Tidak ada sesiapa yang bertemu dengan Allah dengan pengakuan bahawa tidak ada yang berhak disembah melainkan Allah dan aku Rasul Allah, dan dia tidak mempunyai sedikit keraguan pun dengan kenyataannya itu, melainkan dia akan memasuki Syurga. (Hadis Riwayat Muslim).
Sesungguhnya, Allah Shubhanahu wa ta'ala menggambarkan para munafiq itu sebagai mereka yang hati-hatinya ragu-ragu. Contohnya, Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman, Sesungguhnya orang-orang yang meminta izin kepadamu (untuk tidak menyertai Jihad), hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dah hari kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, kerana itu mereka selalu bimbang dalam keraguannya (At Taubah 9:45)
Ramai ulama’ telah menyatakan bahawa penyakit-penyakit hati itu, atau keraguan dan kecurigaan yang seseorang benarkan menempati hatinya, adalah lebih berbahaya kepada keimanan seseorang itu daripada nafsu dan keinginan. Ini adalah kerana nafsu-nafsu dan keinginan-keinginan itu boleh dihilangkan pada satu-satu masa. Kemudiannya, seseorang itu jelas mengetahui bahawa ianya telah berdosa lantas dia boleh mengawal dirinya, bertaubat dan meninggalkan amalan-amalan yang keji itu. Akan tetapi, keraguan dan kecurigaan akan terus menempati hati sseorang, tanpa apa-apa penawar, hinggalah seseorang itu meninggalkan Islam terus atau berterusan sebagai seorang Muslim, tetapi pada hakikatnya, hatinya masih tidak beriman sepenuhnya. Penawar yang paling mujarab untuk keraguan dan kecurigaan ini adalah dengan menuntut ilmu tentang Al Quran dan As Sunnah lah kebanyakan daripada keraguan dan kecurigaan ini dapat dihilangkan.
Melalui pengajian dan pemahaman, seseorang akan beroleh kepastian. Kemudiannya, dengan pengajian dan pembelajaran yang berterusan, kepastian seseorang itu akan bertambah kuat dan tegas. Saya akan berikanmu satu contoh tentang hakikat ini. Ianya berkenaan dengan segala keraguan, kecurigaan dan salah faham yang berleluasa tentang kesahihan hadis-hadis. Contohnya, ada orang-orang Islam yang mengatakan bahawa hadis-hadis tidaklah dicatatkan sehingga sekurang-kurangnya 200 tahun selepas kewafatan baginda Rasulullah Shalallohu 'alaihi wassalam. Malah, terdapat ramai orang Islam yang mempunyai banyak keraguan terhadap hadis dan dengan pantas menolak hadis-hadis berlandaskan perkara ini. Sedangkan, pada kenyataannya, sekiranya seseorang itu memperuntukkan masa untuk mengkaji sejarah dan usaha menjaga hadis-hadis, beliau akan mendapati bahawa semua tuduhan-tuduhan terhadap hadis-hadis itu adalah tidak berasas sama sekali. Tuduhan-tuduhan tersebut hanyalah sekadar pendustaan yang lahir dari syaitan dan ramai Muslim yang kurang pemahaman dan ilmunya telah membiarkan pendustaan ini menempati hati-hati mereka. 
Izinkan saya ulaskan sedikit lagi tentang syarat Yakin ini. Seperti yang telah saya katakan sebelum ini, keraguan dan salah faham adalah sangat berbahaya terhadap iman seseorang. Keraguan dan kecurigaan boleh membawa kepada murtad seperti yang dibincangkan sebelum ini. Oleh kerana itu, setiap Muslim mestilah berusaha sedaya-upaya untuk memelihara dirinya daripada keraguan sebegitu dan sentiasa menjauhkan dirinya dari sumber-sumber keraguan dan kecurigaan itu; lebih-lebih lagi sekiranya dirinya tidak mempunyai asas-asas keilmuan Islam yang kuat dan tidak mempunyai ilmu untuk menyanggah keraguan, kecurigaan dan salah faham tersebut. Oleh yang demikian, sekiranya seseorang itu punya kenalan atau rakan, walaupun rakannya itu Muslim, yang sentiasa membuatkan beliau ragu-ragu akan Allah swt dan Dien ini, maka beliau harus menjauhkan diri daripada individu tersebut demi menjaga Dien dan imannya. 
Ramai dari kalangan Muslim pada hari ini belajar kursus-kursus Islam yang diajar oleh para orientalis dan disebabkan oleh latarbelakang keislaman mereka yang longgar, mereka dengan mudah terpengaruh dengan perkara-perkara karut yang diajarkan oleh sesetengah daripada para orientalis ini atas nama 'sains'. Begitu juga, ramai daripada umat Islam hari ini menghabiskan masa berjam-jam di dalam 'newsgroups' dan 'bulletin boards' menerusi computer (internet). Sekali lagi, dia yang cetek ilmu Islamnya akan dengan mudah terpengaruh dengan salah faham dan hujah-hujah palsu yang dibacanya dari sumber-sumber sedemikian. 
Dia sepatutnya menjauhkan diri dari perkara-perkara sedemikian dan berusaha mendapatkan ilmu Islam yang mendalam menerusi sumber-sumber yang sahih tentang Islam. Sekali lagi, penawar yang paling mujarab untuk menghilangkan keraguan dan salah faham ini, setelah dirahmati dan diberi petunjuk oleh Allah SWT, adalah ilmu yang mendalam dan kefahaman yang jelas tentang Islam. Apabila seseorang itu punya ilmu yang mendalam dan kefahaman yang jelas tentang Islam, beliau tidak akan terpengaruh dengan hujah-hujah yang palsu lagi lemah yang didatangkan oleh musuh-musuh Islam dan beliau, insha-Allah, akan menjadi dari kalangan yang digambarkan di dalam Al Quran, ...Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba Nya hanyalah ulama’ (Faathir 35:28).
Syarat ketiga : Penerimaan (Al Qabul) Sekiranya seseorang itu telah mempunyai ilmu dan keyakinan akan Syahadah itu; ini mesti diikuti pula dengan penerimaan, dengan lidah dan juga tuntutan Syahadah tersebut. Sesiapa yang enggan menerima Syahadah itu serta tuntutannya, walaupun dia mempunyai ilmu yang Syahadah itu benar dan yakin dengan kebenaran itu, maka dia adalah seorang yang tidak beriman (kafir). Keengganan untuk menerima itu mungkin disebabkan oleh rasa bongkak, irihati atau lain-lain. Walauapapun sebabnya, Syahadah itu bukanlah Syahadah yang sejati tanpa penerimaan yang tidak berbelah-bagi. Para ulama’ semuanya mengulas tentang syarat ini secara am seperti yang telah saya nyatakan di atas. Akan tetapi, ia juga mempunyai perincian-perincian yang mesti kita sedari. Orang-orang yang beriman menerima dengan sepenuhnya segala tuntutan Syahadah itu. Ini juga bermaksud, mereka beriman dengan segala yang termaktub di dalam Al Quran atau yang dinyatakan oleh Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam, tanpa mempersoalkan hak untuk memilih apa yang ingin dipercayai dan apa yang ingin ditolak. 


Firman Allah Shubhanahu wa ta'ala di dalam Al Quran, Apakah kamu beriman kepada sebahagian al Kitab dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah daripada apa yang kamu perbuat (Al Baqarah 2:85).
Ini adalah satu aspek yang mesti disedari oleh orang-orang Islam. Walaupun ia tidaklah sama seperti penolakan sepenuhnya untuk menerima kebenaran, tetapi dengan menolak sebahagian daripada kebenaran yang datangnya daripada Allah Subhanahu wa ta'ala, seseorang itu juga telah menafikan penyaksian keimanannya. Malangnya, pada hari ini, ramai orang-orang Islam melakukan penolakan ini dengan pelbagai cara. Walaupun bukan semuanya boleh dikira sebagai murtad, perkara-perkara ini tetap sangat membahayakan. Contohnya, sekiranya mereka tidak menyukai apa yang dinyatakan oleh sepotong ayat di dalam Al Quran, mereka dengan mudah menafsir semula ayat tersebut agar sesuai dengan apa yang mereka sukai. Sekiranya mereka tidak menyukai apa yang dinyatakan oleh sebuah hadis, mereka lantas menyatakan bahawa hadis tersebut adalah tidak sahih walaupun mereka sebenarnya bukanlah ulama’ di dalam bidang tersebut. Perlakuan serta sikap sebegini adalah merupakan perlakuan dan sikap yang berlawanan dengan perlakuan dan sikap Muslim sejati. Apa-apa sahaja yang datang daripada Allah swt dan Rasul Nya saw, seorang Muslim sejati akan beriman dengannya. Inilah sikap yang seiringan dengan pengakuan keimanan.
- Syarat keempat: Penyerahan, tunduk dan patuh
Syarat ini bermaksud perlaksanaan Syahadah kita melalui amalan zahir tubuh badan. Malah, ini adalah merupakan satu daripada maksud terpenting perkataan Islam itu sendiri, Tunduk dan patuh kepada kehendak dan perintah Allah.
Inilah yang diperintahkan oleh Allah Shubhanahu wa ta'ala di dalam Al Quran, Dan kembalilah kamu kepada Rabbmu, dan berserah dirilah kepada Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi) (Az Zumar 39:54).
Allah Shubhanahu wa ta'ala telah memuji mereka yang tunduk patuh kepada perintahNya melalui amalan mereka.
Firman Allah Shubhanahu wa ta'ala, Dan siapakah yang lebih baik Diennya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan... (An Nisa 4:125).
Sebenarnya, jelas sekali Allah Subhanahu wa ta'ala telah menjadikan penyerahan (tunduk dan patuh) seseorang itu kepada perintah Nya dan Rasul Nya sebagai satu syarat keimanan.
Firman Allah Shubhanahu wa ta'ala, Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu (Rasulullah saw) hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak meresa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (An Nisa 4:65)
Malang sekali, terdapat kini banyak kenyataan-kenyataan bahawa tidak ada hubung-kait di antara iman dengan amalan. Malah kita boleh mendengar seorang Muslim mengata tentang seorang lagi, Dialah orang Islam yang paling baik pernah saya temui, sedangkan orang itu jarang sekali mengamalkan apa-apa amalan Islam. Pemahaman yang salah tentang keimanan ini telah menjalar dengan teruk ke segenap rantau Islam. Sepatutnya Syahadah atau pengakuan keimanan kita itu mesti dilaksanakan atau diterapkan di dalam hati, lidah dan amalan kita. Di dalam hati kita, kita mesti mencintai Allah swt, takutkan Allah swt dan pada masa yang sama menaruh penuh pengharapan kepada Allah swt. Dengan lidah kita, kita mesti menyaksikan atau mengakui Syahadah itu. Dan akhir sekali dengan amal kita, kita mesti mengamalkan apa yang dituntut oleh pengakuan keimanan itu. Sesiapa yang mengaku dirinya Muslim akan tetapi tidak melaksanakan apa-apa amalan, bermakna dia tidak memahami apa itu Islam samasekali ataupun dia sendiri sebenarnya membuktikan bahawa pengakuan keimanannya itu bukan pengakuan keimanan yang benar dan sejati. Ini bukanlah bermakna seorang yang benar-benar beriman bebas sama sekali daripada dosa. Sebenarnya, seseorang yang benar-benar beriman pun tidak bebas daripada dosa. 
Namun selagi mereka mengakui bahawa apa yang mereka lakukan itu salah dan ianya tidak seiring dengan kewajiban mereka tunduk dan patuh kepada Allah swt, maka mereka tidaklah membatalkan kesempurnaan pengakuan keimanan atau pun Syahadah mereka. Namun, jangan dilupa, mereka tetap berdosa. Maka apakah tahap penyerahan yang minima yang dituntut daripada seseorang; yang sekiranya tidak ada pada tahap ini (sekurang-kurangnya) maka tidaklah layak pengakuan keimanan. Sekiranya diambil pandangan para ulama’ yang berpendapat bahawa meninggalkan sembahyang itu kufur, ia adalah sembahyang lima waktu sehari semalam. Sesiapa yang tidak melaksanakan sekurang-kurangnya sembahyang lima waktu sehari semalam maka dia telah melanggar had yang dapat diterima dalam kekurangan amalan. Sesungguh Allah Maha Mengetahui.
- Syarat kelima: Jujur Jujur adalah sebagai lawan kepada sikap berpura-pura (munafiq) dan tidak jujur. Ini bermakna apabila kita melafazkan kalimah Syahadah, kita melafazkannya dengan penuh kejujuran. Kita benar-benar bermaksud akan apa yang dilafazkan itu. Kita tidak menipu dalam soal pengakuan keimanan. 

Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam telah bersabda, Tidak ada sesiapa yang mengaku bahwa tidak ada yang berhak disembah melainkan Allah, dengan ikhlas dari hatinya, melainkan Allah menjadikan api neraka itu haram baginya. (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim).
Kita tentu mengetahui tentang mereka yang melafazkan kalimah Syahadah akan tetapi mereka tidak melakukannya dengan jujur. Mereka tidak mempercayainya, akan tetapi mereka hanya melafazkannya untuk menjaga keselamatan diri mereka ataupun untuk memperolehi apa-apa ganjaran. Mereka inilah golongan munafiq.
Allah Shubhanahu wa ta'ala telah menerangkan tentang golongan ini di dalam Al Quran seperti berikut, Di antara manusia ada yang mengatakan, Kami beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri mereka sendiri sedangkan mereka tidak sedar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih disebabkan mereka dusta (Al Baqarah 2:8-10).
Jelas sekali pengakuan Syahadah mereka yang menjadi Muslim semata-mata untuk memperolehi ganjaran duniawi dan bukan kerana mereka benar-benar percayakan Islam akan ditolak oleh Allah swt di Hari Kebangkitan nanti. Mereka akan dihadapkan dengan azab yang pedih kerena penipuan mereka.
- Syarat keenam: Ikhlas Maksudnya, apabila kita membuat pengakuan Syahadah itu, kita mesti melakukannya semata-mata kerana Allah swt. Kita tidak boleh melakukannya atas apa-apa sebab yang lain. Begitu juga kita tidak boleh melaksanakannnya kerana orang lain. Dalam soal ini, maksud ikhlas itu adalah lawan kepada Syirik ataupun menyekutukan Allah swt. Kita menjadi Muslim dan berkekalan sebagai Muslim semata-mata kerana Allah swt. 

Firman Allah Shubhanahu wa ta'ala di dalam Al Quran, ...Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada Nya (Az Zumar 39:2).
Allah Shubhanahu wa ta'ala juga berfirman, Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada Nya dalam (menjalankan) Dien dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan solat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah Dien yang lurus. (Al Baiyyinah 98:5).
Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam juga bersabda, Allah telah mengharamkan api neraka ke atas sesiapa yang mengatakan, Tidak ada yang berhak disembah melainkan Allah, dan dia mengatakan begitu mengharapkan wajah [dan keredaan] Allah. (Hadis Riwayat Muslim).
Ini adalah sesuatu yang perlu kita fikirkan terutamanya, mereka yang dibesarkan di dalam keluarga Muslim dan dilahirkan sebagai seorang Islam. Kita mesti benar-benar jelaskan kepada diri kita bahwa kita menjadi Muslim semata-mata kerana Allah Subhanahu wa ta'ala. Kita bukan menjadi Muslim demi ibubapa kita, rakan-rakan, keluarga ataupun masyarakat. Ia mestilah benar-benar jelas dalam pemikiran kita bahwa kita adalah Muslim semata-mata kerana Allah Subhanahu wa ta'ala. Namun, sesekali kita akan terfikir sama ada syarat ini dipenuhi oleh kebanyakan orang. Sesetengah orang dari rantau Islam hanya melaksanakan Islam sekadar yang memuaskan hati keluarga mereka. Sekiranya ada apa-apa di dalam Islam yang tidak disukai oleh keluarga mereka (walaupun sebenarnya keluarga mereka juga Muslim lantas perlu menyukai Islam keseluruhannya), lantas mereka tidak melaksanakan aspek Islam tersebut. Salah satu contoh yang biasa adalah dalam soal pergaulan lelaki dan perempuan. 
Kadang-kadang, seseorang itu tidak akan bergaul secara bebas dengan lelaki/ perempuan yang bukan mahramnya. Akan tetapi, apabila dia pulang ke rumah dan keluarganya tidak menyukai sikap sedemikian, maka mereka dengan mudah meninggalkan tuntutan Islam tersebut demi ibubapa dan keluarga. Orang-orang sebegini harus bertanya dengan ikhlas pada diri mereka, mengapa mereka seorang Muslim. Adakah mereka Muslim demi ibubapa mereka lantas mereka lakukan apa yang ibubapa mereka sukai dan tinggalkan apa yang ibubapa mereka tidak sukai? Ataupun, adakah mereka Muslim demi Allah swt lantas apa yang Allah sukai mereka lakukan dan apa yang Allah tidak sukai mereka tinggalkan?- Syarat ketujuh: Cinta 
Maksudnya di sini, seseorang yang beriman mesti mencintai Syahadah itu, perasaan cinta (kesukaan) nya mesti lah berlandaskan Syahadah, dia mencintai tuntutan dan kesan-kesan Syahadah dan dia juga mencintai mereka yang beramal dan bekerja keras demi Syahadah ini. Ini adalah syarat yang mesti ada di antara syarat-syarat Syahadah. Sekiranya seseorang itu membuat pengakuan Syahadah tetapi tidak mencintai Syahadah itu dan apa yang dimaksudkannya, maka sebenarnya imannya tidaklah sempurna. Ini bukanlah keimanan yang sejati. Malah sekiranya dia mencintai sesuatu lebih daripada Syahadah ini ataupun dia mencintai sesuatu lebih dari Allah swt, maka dia telah batalkan Syahadahnya itu. Orang yang benar-benar beriman, yang memenuhi semua syarat-syarat Syahadah itu tidak akan meletakkan sesuatu apapun setaraf dengan Allah dari segi cintanya. 

Firman Allah Shubhanahu wa ta'ala di dalam Al Quran, Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah... (Al Baqarah 2:165).
Dan di bahagian lain Allah Shubhanahu wa ta'ala berfirman, Katakanlah: 'Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara- saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khuatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul Nya dan (dari) berjihad di jalan Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.' Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik. (At Taubah 9:24).
Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam telah bersabda, Sesiapa yang mempunyai tiga sifat ini telah merasai kemanisan iman. [Yang pertama] adalah bahwa dia mencintai Allah dan Rasul Nya lebih daripada dia mencintai sesuatu yang lain...." (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim).
Ini adalah salah satu daripada aspek yang terpenting di dalam Islam, namun, atas sebab-sebab tertentu, ianya tidak wujud di dalam kehidupan ramai orang Islam. Mereka melaksanakan sesuatu di dalam Islam seolah-olah Islam itu merupakan satu tugasan bukannya atas rasa cinta kepada Allah swt. Apabila Allah swt memerintahkan kita supaya melakukan sesuatu, seperti menjadi saksi kepada keimanan itu, kita mesti menyedari bahawa perkara itu adalah disukai oleh Allah swt, lantas atas perasaan cinta kita kepada Allah swt, kita sepatutnya berasa sangat gembira untuk melaksanakan amalan yang disukai oleh Allah swt. Akan tetapi, seperti yang telah saya katakan, perasaan ini semakin menghilang daripada ramai orang-orang Islam masa kini
-Syarat kelapan: Menafikan Ilah selain Allah Walaupun ianya sangat jelas menerusi perkataan-perkataan di dalam kalimah Syahadah itu, ia masih kelihatan tidak jelas kepada kebanyakan orang yang membuat pengakuan Syahadah ini. Oleh itu, saya akan membincangkannya di sini Di dalam surah al-Baqarah, Allah swt telah mengingatkan kita dengan jelas akan aspek Syahadah yang penting ini. Syahadah itu bukanlah semata-mata suatu Pengakuan tetapi ia adalah kedua-duanya, Pengakuan dan Penafian.


Firman Allah Shubhanahu wa ta'ala, ...Kerana itu barangsiapa yang ingkar kepada Thoghut (Syaitan dan apa sahaja yang disembah selain Allah swt) dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus... (Al Baqarah 2:256).
Malah Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam juga menjelaskan perkara ini apabila baginda menyatakan Sesiapa yang mengatakan bahwa tidak ada yang berhak disembah melainkan Allah dan menafikan segala yang disembah melainkan Allah, maka harta dan jiwanya dijaga dan perhitungan adalah dengan Allah (Hadis Riwayat Muslim).
Walaupun syarat ini sepatutnya jelas sekali kepada sesiapa yang melafazkan kalimah Syahadah, kita masih boleh melihat Muslim yang melafazkan kalimah Syahadah tetapi kemudiannya melakukan amalan yang termasuk dalam maksud penyembahan untuk sesuatu selain daripada Allah swt. Kita boleh melihat mereka pergi ke kubur-kubur dan menyembah penghuninya. Mereka akan melaksanakan amalan-amalan peribadatan, bukan untuk Allah swt, tetapi untuk 'wali-wali' yang telah meninggal dunia itu. Syahadah jenis apakah yang dibuat oleh mereka ini? Adakah Syahadah mereka akan bermakna di Hari Perhitungan selagi mana mereka percaya bahawa amalan peribadatan boleh dilaksanakan untuk selain daripda Allah SWT?- Syarat kesembilan: Setia padaNya hingga akhir hayat 
Ini adalah satu kemestian untuk Syahadah itu bermakna kepadamu di akhirat nanti. Kita tidak boleh bergoyang kaki dan berharap pada apa yang kita lakukan pada masa lalu. Tidak, malah, Syahadah itu mestilah menjadi panji dirimu sehinggalah kematianmu. 


Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam telah bersabda, Seorang lelaki menghabiskan masa yang lama dengan melakukan amalan-amalan ahli Syurga dan kemudiannya dia dia menamatkan amalannya dengan amalan ahli Neraka. Dan seorang lelaki menghabiskan masa yang lama dengan melakukan amalan-amalan ahli Neraka dan kemudiannya dia menamatkan amalannya dengan amalan ahli Syurga. (Hadis Riwayat Muslim).
Dalam Hadis yang lain Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam telah bersabda, Demi Dia yang tidak ada Ilah melainkan Nya, seorang dari kamu melakukan amalan-amalan Syurga sehingga hanyalah sedepa diantara dia dan Syurga dan kemudiannya buku itu (qada' dan qadar) menentukannya dan dia melakukan amalan-amalan ahli Neraka dan diapun memasukinya (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim).
Dan Firman Allah Shubhanahu wa ta'ala di dalam Al Quran, Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa kepada Nya; dan jangan sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam (Ali Imran 3:102).
Kesimpulan pra syarat pengakuan keimanan
Saudara-saudaraku sekalian, inilah syarat-syarat Syahadah itu. Ini adalah aspek-aspek Syahadah yang perlu setiap dari kita lihat dalam diri kita dan bertanya pada diri kita, Adakah Syahadahku memenuhi syarat-syarat dan tuntutan-tuntutan ini? Adakah aku melafazkannya dengan penuh keikhlasan, kejujuran dan rasa cinta pada Allah Shubhanahu wa ta'ala? Adakah aku melafazkannya berdasarkan maksudnya yang sebenarnya? Adakah aku benar-benar menafikan thoghut?....
Soalan-soalan ini perlu kita tanyakan pada diri kita sekarang, sebelum kita dihadapkan di hadapan Allah swt. Inshaallah, kita tanyakan soalan-soalan ini pada diri kita dan semoga kita mendapat semua jawapan yang tepat. Ataupun, jika kita melihat apa-apa kelemahan, kita akan berusaha untuk menghilangkan kelemahan itu. Mudah-mudahan, dengan rahmat Allah swt, di hari akhirat nanti, Syahadah kita akan menjadi kunci-kunci kita ke syurga dan pintu-pintu syurga akan terbuka luas untuk kita dan kita dapat hidup selama-lamanya dalam kenikmatan yang Allah swt kurniakan di syurga, dan Allah swt reda akan kita.
Sekali lagi, soalnya bukanlah kita sekadar mengetahui akan syarat-syarat ini. Malah, kita boleh bertemu dengan ramai Muslim yang menghafal syarat-syarat ini, akan tetapi apibila dilihat akan amalan dan sikap mereka, jelas sekali syarat-syarat ini tidak membuahkan apa-apa kesan ke atas mereka. Ini bermakna, tidak kira sebaik mana dia mengetahui dan menghafal akan syarat-syarat ini, dia sebenarnya belum menyempurnakannya. Sesungguhnya, pengetahuannya itu akan menjadi saksi ke atasnya nanti kerana dia jelas sekali mengetahui akan syarat-syarat yang mesti disempurnakannya akan tetapi dia telah tidak menyempurnakannya semasa hidupnya. Wallahu'alam bis showab. \ [Uwaisabdullah]


untuk menindaklanjuti syahadat kita, ada baiknya kita tahu, bahwa ISLAM BUKAN AGAMA! (klik link here)