Rabu, April 13, 2011

CITA YANG TERTUNDA

Bermula karena pemikiran yang idealis. Penawaran tema yang di ajukan oleh tempat PKL memang sempat membingungkan. Bukan bingung karena temanya, tapi istikhoroh yang di jalani belum mendapati sebuah pemantapan diri. Meskipun begitu, saat itu dengan lebih dulu menjalaninya saja dulu, untuk tugas akhir di tempat PKL. Yang membuat dilemma adalah cita-cita ketika masuk fisika. Aku memang tak pernah putus harap untuk bisa mempelajari fisika medis untuk menjadi… apa ya namanya… keahlianku? Ya! Itu barangkali.

Memasuki semester delapan perkuliahan, setelah selesai PKL di semester tujuh lalu, ada cita yang tertunda. Tapi memasuki semester delapan, entah apa, rasanya ingin cepat lulus saja dulu dari fisika ini.

Sampai pada awal penawaran tugas akhir itu, aku tak mendapati bayangan sedikitpun tentang tema yang diberikan oleh tempat PKL. Lagi lagi, masih menunggu pemantapan hasil istikhorohku itu. Tapi dengan adanya rasa ingin cepat selesai dari perkuliahan ini, ada dua pilihan yang membuatku menjadi dilema dalam mengambil keputusan. Pertama penawaran tema dari tempat PKL yang aku sendiri belum terbayang apa yang akan dikerjakan dalam penelitian tersebut. Kedua ada dosen yang masih membutuhkan mahasiswa untuk tugas akhir bersama beliau dengan tema beliau energi baru dan terbarukan.

Nah! Pada beberapa minggu menjelang untuk memutuskan penelitian mana yang harus dipilih. Ketika itu, aku tahu dari kakak-kakak tingkat sebelumnya, bahwa dosen dengan tema energi baru dan terbarukan ini, kalau tugas akhir sama beliau lulusnya dijamin cepat. Disinilah. Kuatnya keputusan kuketuk. Karena memang aku sendiri melihat dengan nyata, kakak-kakak tingkat sebelumnya yang tugas akhir dengan beliau.

Padahal ketika itu dua hari lagi, mau mengurusi surat permohonan tugas akhir di tempat PKL bersama dua orang temanku. Seketika juga, sehari sebelumnya, salah satu teman 2007 seangkatan denganku menghubungiku penawaran dari Dosen tersebut. Tidak panjang pikir, aku terima saat itu juga, dan langsung menghubungi dua orang temanku itu bahwa aku ikut tugas akhir dengan dosen itu.

Kondisi saat itu masih liburan semester ganjil. Aku menemui dosen itu, ditanyakan jika sudah punya tema silhakan ajukan ke beliau, tapi saat itu aku memang belum memiliki tema apapun untuk di ajukan, dan selanjutnya diberikan pilihan beberapa tema oleh beliau. Saat itu diberi waktu untuk menentukan pilihan tema yang akan diambil.

Satu minggu berlalu, pilihanpun tertuju pada “WIND.” Dengan tentunya mencari materi dan gambaran seperti apa yang bisa ku kerjakan dengan tema itu. Minggu demi minggu aku mempelajari tema tersebut, sampai disuru berkunjung ke ESDM untuk mendapatkan informasi terkait, syukur-syukur bisa kerjasama penelitian disana, kata beliau. Oh ya, ada yang lupa. Dengan dosen ini, aku baru tahu, kalau tugas akhir dengan beliau, membantu ‘record data’ Sel Surya di Lab. Surya kampus B, dengan jadwal bergantian dengan teman-teman yang tugas akhir juga dengan beliau. Mencatat voltage dan ampere dari Sel Surya dengan manual, multimeter dan ampermeter.

Beberapa minggu sudah berlalu, setelah berkunjung ke ESDM. Ada ketidakcocokan yang bisa dikerjakan disana dengan apa yang akan dikerjakan di kampus. Pada awalnya, memang untuk perencanaan dan membuat pembangkit listrik tenaga angin skala kecil di lantai empat kampus B. Tapi setelah bimbingan berhari-hari itu, keluar juga rencana, pengukuran potensi kecepatan anginnya di lantai empat untuk studi kelayakan PLTB. Beberapa hari setelahnya, dikirim lagi ke BPPT Thamrin, disana mencari informasi tentang PLTB dan PLTS. Ternyata tidak bisa kekhsususan WIND POWER yang didapat disana, tetapi sudah penggabungan, yaitu PLTH. Kemudian, memang menanyakan jika tugas akhir disana bisa mengambil tema apa? Ditawarkanlah oleh Bapak di BPPT yang sekaligus beliau adalah dosen di salah satu universitas negeri di semarang. Dan topik yang ditawarkan adalah “Perencanaan system pembangkit listrik tenaga hibrida (Surya-Bayu-Diesel) di daerah….dengan menggunakan perangkat lunak HOMER.”

Ada hal-hal yang harus dipelajari terlebih dulu untuk kea rah sana, memahami perangkat lunak HOMER, dan teori-teori energi tebarukan. Disanalah mulai lagi belajar tentang itu semua. Sampai pada puncaknya, aku berpikir, kenapa tidak meneruskan topic sebelumnya yang sudah pernah dibicarakan, yaitu tentang studi kelayakan angin di lantai empat. Jadi, sambil mengurusi administrasi ke BPPT Thamrin, aku eksplorasi sendiri tentang studi kelayakan angina supaya bisa dikerjakan di kampus, dan tidak repot mengurusi ini itu di luar.

Eksplorasi ini tertuju pada alat yang bernama anemometer dan mengusahakan mendapatkan Dokumen SNI IEC 62257 (tentang energi terbarukan) yang sekiranya nanti bisa menjadi Guideline. Berhari-hari mencari alat ini, apakah beli, cara buat sendiri, dan sebagainya. Sampai pada satu titik, mungkin beli saja, perjanjiannya memang ketika mengeluarkan biaya untuk penelitian dengan dosen adalah fifty-fifty (50:50). Tapi beberapa kali berpikir lagi, memang sih meringankan 50:50, tapi setelah tahu selesai skripsi alat itu menjadi hak milik Lab. Surya, merasa rugi juga, justru siapa tahu alat-alat penelitian itu bisa digunakan kembali atau dimanfaatkan kembali untuk sendiri nantinya. Karena harganya yang tidak murah.

Titik saturasi tiba-tiba datang. Sekarang sudah menginjak bulan April minggu pertama. Tapi penelitian belum juga bisa kumulai. Kendala-kendala yang dihadapi rasanya begitu banyak: biaya yang tidak sedikit (walaupun belum dikeluarkan), waktu pengerjaan seprtinya memakan waktu tidak sedikit juga (atau karena minggu pertama saja belum bisa di mulai, jadi kapan selesainya penelitianpun jadi pertimbangan ulang), apalagi pengajuan surat ke jurusan menjadi tertunda dua minggu (rasanya cukup lama) walaupun dikatakan jurusan lagi sibuk akreditasi.

Pada akhirnya datang ke tempat PKL untuk mendapatkan dokumen SNI IEC 62257. Dari pembicaraan pembimbing PKL terkait penelitian yang kukerjakan. Mungkin ini adalah puncak dari segala yang sudah terlewati tentang tugas akhir. Ada pertimbangan untuk kembali mengajukan penelitian ke tempat PKL semula.

Pertimbangan ini terkait dengan;

Untuk penelitian di BPPT: benar-benar belajar dari NOL tentang hibrida, dan memakan waktu yang tidak sedikit juga, biaya penelitian yang belum bisa diperkirakan, dengan Pembimbing yang ‘mobile’ BPPT - luar kota (karena dosen univ di luar jakarta) sepertinya bimbingan akan sulit juga kalau sering ke luar kota begitu, mesti ngejar-ngejar bimbingan ini itu.

Alternatif ketika tidak jadi di BPPT, kemungkinan ada lanjutan untuk Studi kelayakan angin di lantai empat dengan dosen awal, pertimbangannya: memang meringankan 50:50 tapi ada perasaan rugi ketika harus menjadi hak milik Lab Surya nantinya setelah selesai skripsi, butuh biaya yang tidak sedikit karena belum untuk alat-lat karena memang topikku ini adalah pemula di kampus karena sebelumnya hanya tentang Sel Surya dan Solar Water Heater (jadi ketersediaan alat pun menjadi kendala yang lumayan rumit), belum buat alatnya, pencatatan yang manual jika menggunakan anemometer cup buatan dan pencatatan angin kan tidak cukup satu jam-dua jam, kalau beli belum tentu juga bagaimana karena butuh yang bisa ‘data logger’ dan itu mahal.

Jika bisa mendapatkan ijin kembali untuk tugas akhir di tempat PKL, bersyukur. Karena pertimbangan tadi lebih kendala di alat, biaya, dan waktu. Tapi jika pun tidak, aku harus mengantisipasi semua pertimbangan-pertimbangan tadi.

Kembali pada cita yang tertunda. Sebetulnya, semenjak masuk fisika yang sekarang, fisika medis masih tetap menjadi cita meski pilihan itu tidak ada peminatannya di kampus ini. Tapi saat pertama kali masuk, aku tetap harus melangkah tidak jauh dari itu. Makanya pilihan peminatan yang sekarangpun lebih condong ke instrumentasi dan komputasi, setidaknya sedikit mendekati ke arah sana. Di Fisika medis kan ada penicitraan dan itu lebih ke komputasi, dan hal-hal lain yang sudah dipertimbangkan sebelumnya. Dan pernah ada penawaran untuk PKL di RSPP tentang fisika medis, sempat ikut kuliah dan prakteknya juga. Namun takdir berkata lain, RSPP sampai waktunya PKL belum juga megeluarkan surat tanggal berapa Timku bisa PKL disana, dan akhirnya karena sudah terancam waktu harus PKL, maka PKL pun jadinya di BSN. Aku yakin bahwa semua jalan itu adalah jalan terbaik yang Alloh berikan. Meski manusia hanya bisa berencana tetapi Alloh memiliki rencana yang terbaik untuk hambanya.

Sampai aku merasa, seperti terbangun dari pingsanku. Ketika kakak kandungku bilang berapa minggu lalu, “jadi mau nerusin S2 Fisika Medis?” Karena aku sempat terlupa dengan konsep rencana masa depanku sendiri. Ya! Pernah terilntas, keterkaitan penelitian energi terbarukan dengan penelitian di BPOM kerjasama tempat PKL, rasanya lebih ke penelitian dr tempat PKL yang mendekati ke arah cita yang tertunda.

Dan kisah penelitian yang seperti itupun, tak perlu ada sesal, toh semuanya ku jalani sendiri dan hasil eksplorasi diri, banyak ilmu yang di dapat, dan itu PASTI bermanfaat nantinya, karena Alloh tidak pernah memberikan hal yang sia-sia untuk hambanya. Begitu ‘kan?

Selamat Berjuang Kembali.

Alloh selalu membersamai, meski diri terkadang merasa sendiri.

Ada saatnya pohon yang ditanam menghasilkan buah yang terasa manis.


Anfa Hanan.
Rawamangun, 13 April 2011.
Lantai Empat Kampus B, Pukul 9:37 AM.